Catatan ini merupakan lanjutan dari pengalaman saya yang tertulis di sini
Saya
mengerjakan penulisan tesis melalui program MsWordnya Microsoft dengan Window
8, sehingga beberapa tips yang dibocorkan berdasarkan aplikasi tersebut. Bagi
pembaca yang mengetik menggunakan aplikasi lain, mohon bisa disesuaikan ya,
yang penting prinsip fungsinya sama.
Autocorret
Hal pertama
yang saya lakukan adalah menyalakan laptop. Eh, maksudnya, setelah lembar kerja
saya disetting format margin kiri-kanan-atas-bawah, saya membuka fitur
“autocorret” untuk memersingkat pengetikan suatu kata. Kalo di laptop saya,
carinya di Fileà Optionsà Proofingà Autocorret. Di sana biasanya sudah
ada kata-kata tertentu yang cara penulisannya keliru, namun jika diketikkan
akan otomatis berubah seperti yang tertera dalam daftar. Mari kita lihat gambar
berikut yang menampilkan bahwa jika kita salah menulis “year” yang berarti
tahun, dengan mengetikkan “yera,” maka nanti otomatis hasil ketikan kita berubah
menjadi “year.”
Mengorek Autocorrect |
Saat kita
bermaksud mengetikkan “years” namun jari kita salah nutul dan yang terketik
adalah “yeras” atau “yersa” maka hasilnya akan otomatis berubah menjadi
“years.” Fasilitas ini kelihatannya sederhana, namun bagi kita bisa memercepat
penulisan dan memerkecil risiko kesalahan ketik. Pada gambar di atas, saya lalu
mamasukkan huruf “yg” yang jika diketikkan akan “Replace-With” “yang.” Untuk
menghasilkan kata “yaitu” sebagai salah satu kata sambung yang sering
digunakan, itu bisa digantikan dengan mengetik huruf “yi” saja. Makin jelas
ya fungsi fitur ini? jika kita mau menulis kata tertentu yang biasanya panjang,
rentan salah ketik, atau sering kita tulis, maka cukup bikin “kodenya” saja,
bisa singkatan atau huruf lainnya.
Dalam
tesis, saya banyak menuliskan kata entrepreneur, sebagai batu lompatan saya
bisa mengkodenya hanya dengan menulis "ent," "entre," atau "entrep." Untuk menuliskan
kata entrepreneurship yang cukup panjang (16 karakter) dan rentan keliru, saya
cukup ngetik 3 huruf saja, yaitu "ets". Demikian seterusnya saya isi 2 kolom “Replace-With”
dengan banyak kode/ singkatan dan kata yang diinginkan. 1 kata yang dikehendaki
bisa kok dikodekan lebih dari 1. Namun, kita perlu cermat dalam menggunakan
fitur ini, karena saya pernah menulis nama salah satu dosen, namun gelarnya
aneh, begini, “Prof. Asalwae M.Pada,” hmmm… ternyata saya nyetting kata “pada”
dengan “pd”sehingga ketika saya betul-betul bermaksud menulis “Pd” yang
menunjukkan (Master) Pendidikan, yang tertulis malah “Master Pada” he he he…
sejak itu, “pd” saya hapus dari gudang “autocorrect.”
Styles
Salah
seorang kawan seperjuangan saya dalam menyelesaikan tesis ditolak naskah
laporannya oleh pihak perpustakaan pusat UNY gara-gara format penulisannya
tidak menggunakan “Styles.” Apa itu? Kalo di “Home,” laptop saya, kotak
“Styles” itu diisi dengan “Normal, No Spacing, Heading 1, Heading 2, Heading 3,
Heading 4, Title, Subtitel," dan sebagainya. Saya menggunakan fungsi tersebut
untuk menentukan “Style” anatomi naskah tesis. Dalam buku panduan tesis,
biasanya tertera tatacara pengetikan Bab, Subbab, Anak Subbab, dan yang utama
ya isi laporan. Dalam “Styles,” kita bisa mengatur biasanya:
- Penulisan nama Bab menggunakan style “Heading 1,”
- Nulis “Subbab” dengan styles “Heading 2,” dan
- “Anak Subbab” diketik menggunakan styles “Heading 3.”
Untuk badan
utama isi kita gunakan saja styles “Normal” yang biasanya kita modifikasi
sesuai panduan, misal yang biasa itu dengan jenis huruf “Times New Roman”
ukuran 12, spasi 2 atau ganda. Kalo saya, selain pengaturan minimal itu, masih
ada beberapa "style" yang berbeda untuk nulis kutipan panjang, numbering poin,
judul/ keterangan tabel atau gambar, serta nulis isi tabel.
Serunya, styles-styles tadi bisa kita modifikasi sesuka hati kita. Saya sering melakukan hal itu saat masih proses nulis draft dan editing, misalnya saya tunjukkan dalam gambar berikut ini nih.
Modifikasi Styles |
Gambar di
atas memertontonkan saya memodifikasi "Subbab" yang ditulis melalui “Heading 2.”
Jenis huruf saya pilih Comic Sans MS, ukuran 12 dan warnanya merah. Saat
modifikasi tersebut di “OK” maka semua "Subbab" yang nulisnya pake “Heading 2”
akan otomatis berubah. Perhatikan juga naskah utama saya rubah jarak spasinya
menjadi tunggal dari yang sesuai ketentuan ganda melalui "Style Normal.” Saya
termasuk hobi mengatur "styles" utama ini menjadi 1 spasi dalam proses penulisan
supaya jumlah halaman menjadi ringkas jadi 75 – 85%nya saja. Jika kita nulis belasan halaman saja, mungkin
untuk ngedit di sana-sini dokumen yang berspasi ganda tidak terlalu pusing
mencarinya, namun kalau naskah kita sudah lebih dari 100 lembar, pas untuk
mencari posisi atu subbab tertentu akan memerlukan waktu lebih lama (untuk
scroll mouse).
Sebagai gambaran, Bab I sd Bab V tesis saya itu berjumlah 132 halaman dari total 228 halaman jika ditambah lembar-lembar pembuka, Lampiran dan Daftar Referensi. Itu hitungan dengan format penulisan sesuai pedoman ya. Jika badan utama artikel dibuat 1 spasi, maka jumlah 132 halaman isi utama akan menyusut jadi 89 halaman saja atau menjadi 67%. “Mengurangi” 43 halaman dalam proses review atau editing tentu akan membantu percepatan perpindahan spot yang dicari. Oh ya, jarak margin bawah dan atas halaman juga sebaiknya “di-hide” atau dihilangkan saja dalam proses review ini sehingga yang kita tinjau itu hanya teks saja tanpa perlu melihat ruang margin.
Satu lagi taktik saya "menyingkat" tampilan pengeditan adalah dengan menghapus gambar-gambar yang berasal dari "insert picture," semacam foto; tentu setelah keterangan/ "caption"nya dibuat. Sebagai ganti foto tersebut, saya cukup buatkan kotak saja (Insert Shape) untuk manandai bahwa di situ seharusnya ada gambar. Selain untuk menyingkat panjang naskah, penghapusan (sementara) foto atau gambar itu juga untuk memerkecil ukuran file tesis. Namun yang perlu diperhatikan sebelum kita menjalankan tips ini adalah kita sudah paham konteks gambar tersebut dengan naskah di atas atau bawahnya, sehingga walau (saat itu) tidak ada gambarnya, kita masih bisa melanjutkan penulisan atau peng-editan naskah.
Lalu
bagaimana kabar kawan saya tadi yang menulis secara tekstual. Dia lalu memoles
teksnya dengan menyematkan "Styles" di tempat seperti yang sudah saya jelaskan
tadi. "Daftar Isi" yang tadinya dibuat manual satu persatu bolak balik lihat
halaman "Bab" dan "Subbab," kini dibuatnya dengan fitur “References à Table of Content” yang setelah
diatur tinggal klik tampillah langsung daftar isi dengan penghalaman yang
akurat. Ya, lumayan lah, dia perlu seharian untuk memformat ulang teks
tesisnya; sehari yang membuat waktu pengurusan keterangan bebas pinjaman perpustakaan
tertunda. Dalam konteks lebih menyeluruh lagi, bisa jadi waktu “sehari” bisa
menunda penyelesaian waktu studi kita selama 1 semester lagi jika berbagai
persyaratan dilakukan secara online dan tidak kenal toleransi. Sekali lagi saya
bersaran, mari kita gunakan Styles (dan References) sejak awal penulisan teks
tesis demi efektivitas proses.
References
Menu
“References” yang saya gunakan dalam penulisan tesis adalah "Table of Contents,
Insert Citation, Insert Caption," dan "Insert Table of Figures." Berbagai fitur
tadi sangat membantu proses penulisan mengingat tesis saya mengandung 23 tabel,
25 gambar, dan 27 lampiran. Tanpa mereka, saya pasti kesulitan dalam proses
review karena harus bolak-balik meninjau dari satu teks ke gambar, tabel, atau
lampiran yang bersangkutan; lumaya lho, lebih dari 200 halaman totalnya. Kita kupas satu persatu yuk…
Table of Contents
"Table of
Contents" sebagai pembuat "Daftar Isi" secara otomatis, sudah disinggung dalam bahasan "Styles" sebelum ini ya. Saya sedikit menambahkan bahwa jika dibuat
dengan “Styles” maka selaras dengan “Daftar Isi,” kita bisa melihat navigasi
teks kita seperti tampilan berikut:
Navigasi Berbasis Styles |
Tangkapan
layar komputer seperti tergambar di atas memerlihatkan halaman tentang “B.
Kajian Penelitian yang Relevan.” Jika kita misalnya akan berpindah (kembali) ke
halaman “Rumusan Masalah,” maka tinggal klik saja subjudul tersebut di
navigasinya, maka otomatis kita langsung menuju sana, tanpa perlu bolak-balik
atau berkali-kali scroll mouse; gimana memudahkan kan? Jelas dong… makanya pake
“Styles”
Insert Citation
Fasilitas "Insert
Citation" akan membantu kita mengotomasi daftar sitasi atau kutipan yang dalam
karya ilmiah wajib hukumnya. Bagian yang banyak menggunakan fitur ini adalah "Bab I
Pembukaan" dan paling banyak di "Bab II Kajian Pustaka." Bukan membantu kita
mencari referensinya ya, tetapi ketika referensi yang akan kita kutip tadi
sudah ada, bagaimana memformatkannya dalam naskah. Saya cerita proses pencarian
referensi lebih dahulu ya.
Pada "Bab I Pendahuluan," saya banyak mendapat referensi awal dari surat kabar, iya koran terutama Kompas yang menurut saya paling tepercaya di Indonesia. Dalam konteks konten di bab tersebut, saya sudah menentukan bahwa salah satu problem kita adalah rendahnya kualitas generasi muda (dari harapan ideal). Saya memerkuat pendapat tersebut dengan inspirasi berita atau laporan dari surat kabar sebagai identifikasi dari problem tersebut. Memang referensi pada Bab I tidak hanya diperoleh dari surat kabar, tentu ada dari buku dan artikel jurnal.
Kenapa koran sangat membantu saya? Karena berita-berita di koran itu aktual, menceritakaan kekinian; termasuk berbagai masalah dan keprihatinan. Misalnya kita cerita bahwa dalam bidang kecerdasan, Indonesia mendapat skor 78,49 dan berada pada urutan ke-130 dari 199 negara berdasar hasil pemeringkatan intelligence quotient tahun 2022. Pertama-tama saya mendapat informasi tersebut setelah membaca koran fisik, yang bisa saya lanjut dengan menelusur berita terkait pada format elektronik. Kadang-kadang saya mengelaborasi berita pada koran tersebut, jangan-jangan sudah ada artikel ilmiah atau buku yang membahasnya. Sekiranya usia publikasi dari buku atau artikel terkait itu memenuhi syarat sitasi, bisa jadi saya ngambil kutipannya dari sana, bukan dari koran. Oh ya, biasanya pihak kampus mensyaratkan usia referensi itu paling lama sekian tahun ke belakang.
Saya tidak
langsung membuat format sitasi begitu mendapat 1 kutipan yang kira-kira bisa
menjadi referensi. Saya tulis ulang berita tersebut sama persis seperti yang
saya baca di koran fisik lalu diberi keterangan siapa penulis atau
kontributornya, dikutip dari koran apa tanggal berapa, kolom apa, dan halaman
berapa. Pokokke tulis saja sumber mentahnya, nggak usah dibuat dahulu versi
aturan mengutip. Saya lalu berkelana lagi mencari tema serupa atau melanjutkan
penelusuran dengan hal berikutnya. Jika dapat suatu referensi, misal kali ini
dari jurnal elektronik; saya “copas” teks-nya, lalu diberi keterangan dari jurnal apa,
terbitan kapan, siapa pengarangnya, dan keterangan lain yang relevan.
Beberapa kali saya menelusuri sumber kutipan justru
dari "Referensi" atau "Daftar Pustaka" artikel ilmiah tertentu. Yang bikin bingung itu misalnya ada
pernyataan ilmiah (yang biasanya populer) lalu dikutip banyak penulis, namun
penyebutannya tidak sama persis antara artikel satu dengan yang lain. Misal
nih, dalam suatu artikel, saya membaca bahwa “Hisrich mengartikan entrepreneurship
sebagai proses bla bla bla” dan saya berpikir wah pengertian itu
related banget dengan pokok bahasan. Tapi siapa itu Hisrich? Penulis buku? Peneliti? Pengusaha top? Atau siapa? Guna melakukan
penelusuran, saya menggunakan Google Scholar yang dalam bahasa Indonesia
menjadi Google Cendekia, alih-alih situs yang lebih top seperti Mendeley. Google
Scholar adalah mesin pencari web yang dapat diakses secara bebas yang
mengindeks teks lengkap atau metadata literatur ilmiah di berbagai format dan
disiplin penerbitan.
Sebagai upaya penelusuran, saya
ketikkan saja “Hisrich Entrepreneurship” dalam “google scholar” dan setelah di-klik
muncul banyak item yang memuat 2 kata tersebut. Bukannya ilang, saya
malah tambah bingung… itu yang dikutip sang penulis jurnal berasal dari sumber
yang mana? Hisrich yang mana? Saya klik-klik saja supaya tidak penasaran. Salah
satunya “hisrich” yang “book” saya klik pilihan “cite-nya” sehingga muncul
tampilan seperti dalam gambar berikut.
Contoh "Citation" melalui Google Scholar |
Muncul 5
pilihan yang merupakan versi-versi format pengutipan. Jadi, buku yang dikutip
sama, judulnya Entrepreneurship,
diterbitkan pada tahun 2017 oleh penerbit McGraw-Hill Education yang ada di New York. Penulisnya ada 3,
yaitu Robert D. Hisrich, Michael P. Peters, dan Dean A Shepherd. Dari 5 pilihan
cara menuliskan sitasi, silakan pilih mana yang sesuai aturan penulisan, kalo
kampus kami sih menganut sitasi versi APA. Kampusmu yang mana?
Contoh yang saya sampaikan memang
kurang ideal, karena kalau mau ideal, semestinya saya sudah pernah membaca buku
tersebut, entah seluruhnya atau sebagian, lalu menemukan pernyataan yang pas,
barulah dikutip. Yang terjadi kan (rata-rata) "Eh, saya nemu pernyataan yang
saya mau, pernyataan itu, berdasarkan daftar pustaka dikutip dari sumber
tertentu, saya mau memastikan ah, sumbernya itu apa?" Okelah… silakan para
pembaca yang budiman bisa menggunakan cara ideal untuk mengutip pernyataan dari
sumber tertentu.
Proses kutip-mengutip
pernyataan atau data, saya langsungkan sampai mencapai sekitar 15 halaman tesis (spasi tunggal),
itu sudah termasuk karangan saya sendiri dalam merangkaikan berbagai kutipan
tadi. Dari maksimal 15 halaman draft tulisan tersebut saya lalu mulai mengedit
dengan memilih kutipan mana yang memang mau digunakan; jika ada pernyataan yang
kurang relevan atau tidak saya kehendaki masuk tulisan, lalu saya singkirkan.
Usai pengeditan minor tersebut, kuantitas tulisan biasanya berkurang sekitar
20-30% dari draft awal. Langkah berikutnya, saya lalu memformatkan kutipan
dengan fasilitas “References” submenu “Insert Citation.” Saya tunjukkan
contohnya melalui gambar berikut ini yang menjelaskan penulisan kutipan versi
APA untuk pernyataan yang berasal dari Koran Kompas.
Contoh Ngisi Referensi |
Persis
setelah pernyataan yang akan dikutip, kita klik “References” lalu klik “Insert Citation,” pilih “Add New Source” maka akan muncul jenis "source-nya" misal book, book
section, journal article, dan lain-lain. Karena yang akan saya tunjukkan itu
bersumber dari koran kertas/ fisik, saya pikir akan ada pilihan “newspaper.”
Ee… ternyata nggak ada, ya sudah, saya pilih jenisnya “Article in A
Periodical,” dengan kolom-kolom menu yang tinggal diisi, terdiri dari Author/
Corporate Author, Title, Periodical Title, Year, Month, Day, dan Pages. Karena
pernyataan yang saya kutip jelas pengarangnya, yaitu Wisnu Dewabrata dan
Soelastri Soekirno; saya isikan pada bagian “Author.” Pada beberapa kasus,
kutipan saya berasal dari Koran Kompas kertas namun tidak ada nama jelas penulisnya,
maka saya pilih kolom “Corporate Author” yang cukup ditulis dengan “Kompas.”
Begitu semua isian sudah komplet, kita tinggal klik “OK” maka akan segera
muncul tulisan (Dewabrata & Soekirno, 2022) di belakang pernyataan yang
kita kutip tadi. Keterangan tersebut kalau kita blok dengan kursor laptop juga
akan berlatar blok warna abu-abu dan jika diulik akan muncul menu untuk
mengedit/ memodifikasi “citation” tadi, seperti terlihat dalam gambar di atas.
Jadi ingat
ya, walaupun secara tampilan benar, dan saat dicetak hasilnya sama, keterangan/
citation itu bisa ditulis secara manual (biasanya oleh mahasiswa yang belum
tahu fungsi citation atau dia sengaja pingin penulisannya lama), atau hal
tersebut bisa dimunculkan melalui fitur “Insert Citation” seperti sudah saya
jelaskan tadi. Berbagai format sumber kutipan bisa dipilih di sana, termasuk
misalnya pernyataan yang sama atau mirip namun diambil dari sumber online.
Contoh saya tadi itu kutipan yang memang saya baca di koran Kompas fisik, maka
cara “citationnya” begitu. Pernyataan yang sama juga sebenarnya ada di
Kompas.id yang diterbitkan secara online; namun cara pengutipannya beda, yaitu
dengan pilihan “Source” berupa “Document form Web Site.” Apa yang muncul di
sana? silakan coba sendiri ya…
Nah, jika
semua kutipan sudah kita buat “citation-nya” dengan sistem, maka langkah
terakhir untuk melihat “Daftar Pustaka" atau "Referensi” dari semua kutipan, tinggal kita klik saja bagian “Bibliography,” tentu ditempatkan persis di bawah subjudul “Daftar
Pustaka/ Daftar Referensi.” Kenapa tempatnya di sana? ya memang itu fungsi
untuk membuat daftar secara otomatis. Kalo kita klik-nya saat kursor komputer
ada di bagian “Latar Belakang” misalnya, maka daftar pustaka kita yang berisi
sekian banyak sumber kutipan akan nongol di sana pula; lucu dan sudah pasti keliru.
Bagaimana
jika kita mengadakan perubahan kutipan, menambah atau mengurangi atau merevisi
nama pengarang misalnya. Jangan khawatir, selama kita melakukan modifikasi pada
“Insert Citation,” maka untuk merubah "Daftar Pustaka" kita tinggal klik di
bagian modifikasi “bibliography” tadi, maka perubahan akan otomatis terrekam.
Jadi, pesan saya untuk hal ini, kalo kita sudah berani ngambil kuliah S2,
sebaiknya jangan bikin daftar pustaka dengan ngetik manual saat bikin tulisan
ilmiah. Pertama karena lama; kedua, akurasinya rawan dipertanyakan entah jumlah
item atau kesalahan tulis sumber, dan ketiga jelas susah untuk diedit.
Parafrase
Editing minor ketiga yang saya rekomendasikan dalam catatan ini, adalah Parafrase; walau tidak saya lakukan dalam penulisan tesis; kenapa? Karena saya baru menyadari kegunaannya pada saat dokumen laporan diminta oleh pihak perpustakaan; ingat ya, bukan oleh dosen pembimbing atau penguji, bukan juga oleh pihak program studi atau dekanat. Konteksnya saya ceritakan dalam catatan seri berikutnya, namun intinya adalah untuk meminimalisir tingkat plagiasi tulisan kita. Tiap kampus punya aturan berapa prosen maksimal tingkat plagiasi atau penjiplakan karya ilmiah seorang mahasiswa. Kalo di UNY adalah maksimal 20%. Apa maksudnya? Maksudnya, berbagai pernyataan atau data yang kita kutip dalam tesis merupakan buah pemikiran orang lain; betul ya? betul. Memang kita sebagai peneliti punya kreativitas dalam menggagas alur tulisan dan itu wajib dituangkan sebagai tulisan orisinal kita sendiri dong. Namun, apa jadinya jika tesis kita itu lebih banyak ngutip sana sini daripada pemikiran atau bahasan orisinal dari kita? Jadinya ya kita bisa dikategorikan sebagai penjiplak (semata) atau plagiat.
Tapi kan diperlukan teori (orang lain) dalam pembahasan tesis; betul. Namun diharapkan kita tidak menelan, eh, menulis mentah-mentah pernyataan dari artikel atau buku lain. Pun ada kesamaan di sana sini, itu tadi, batasnya maksimal 20% (untuk aturan di UNY ya). Bagaimana tahu prosentasenya? Salah satu yang paling polpuler itu menggunakan program “Turnitin” guna menelisik naskah kita untuk dikeluarkan keterangan bagian mana saja yang dinyatakan sama dengan sumber-sumber lain yang terdata dalam internet. "Turnitin" akan mengeluarkan angka sekian prosen tingkat kesamaan kita dengan karya-karya lain, serta menunjukkan tiap bagian yang dimaksud. Supaya lebih jelas, saya tampilkan contohnya ya.
Contoh Tampilan Hasil Turnitin |
Indeks
kesamaan laporan penelitian saya dinyatakan oleh “Turnitin” sebesar 18% dan
dari total 127 sumber yang tertelusuri, beserta prosentasenya. Gambar di atas
hanya memerlihatkan bagian awal dari semua sumber yang saya kutip. Hasil tersebut merupakan
revisi dari teks sebelumnya yang oleh turnitin dinyatakan 21% kesamaannya
dengan sumber-sumber lain yang terrekam sistem; padahal syaratnya maksimal 20%.
Dalam revisi teks, saya melakukan parafrase secara manual karena targetnya
“hanya” menurunkan tingkat plagiasi sebesar 2% saja. Apakah ada parafrase yang
dilakukan secara sistem atau aplikasi? Ada, macam-macam kok jenisnya. Kita
tinggal masukkan teks yang akan di-parafrase lalu nanti muncul hasil
parafrasenya. Setelah gubahan jadi, kita bisa cek lagi, apakah sudah di bawah
20% atau belum. Jika belum, parafrase lagi… demikian seterusnya.
Parafrase adalah penggubahan suatu pernyataan/ kalimat dengan kosakata lain yang sinonim tanpa mengubah arti atau makna dari pernyataan tersebut. Supaya lebih jelas, saya detilkan lagi contohnya. Dalam laporan ada pernyataan yang saya tulis begini, hasil menyalin dari sumber di internet,
”Para pemain melemparkan dadu untuk menentukan siapa yang bermain pertama kali. Pemain yang memperoleh nilai tertinggi bermain lebih dahulu dari petak “Mulai,” lalu diikuti pemain di sebelah kirinya (searah jarum jam). Tiap pemain bergantian melangkah sesuai hasil guncangan 2 dadu; jika terjadi hasil dadu yang sama (misalnya 4 dan 4) maka pemain tersebut boleh bermain kembali sampai keluaran dadunya berbeda.”
Dalam tinjauan “Turnitin,” teks tersebut mempunyai tingkat plagiasi 50%. Saya lalu melakukan parafrase manual terhadap teks tersebut sehingga menghasilkan gubahan sebagai berikut,
“Para pemain melontarkan 2 dadu untuk menentukan siapa yang bermain pertama kali. Pemain yang memperoleh nilai tertinggi bermain lebih dahulu dari petak “Mulai,” lalu diikuti pemain di kirinya (sesuai arah jarum jam). Para pemain silih berganti melangkah berdasarkan hasil lemparan 2 dadu; seandainya muncul dadu dobel, misalnya 5 dan 5, maka pemain tersebut terus main sampai kedua dadunya berbeda.”
2 pernyataan tadi maknanya sama, namun setelah
dicek lagi oleh “turnitin,” tingkat kesamaan pernyataan kedua turun jadi 20%,
Itu tadi
contoh dari saya. Kawan saya ada yang tingkat plagiasinya 60% dan dia sampai 5
kali melakukan parafrase, baik menggunakan aplikasi atau manual; pening. Kawan
yang satunya ada yang malah tingkat plagiasinya 80%, namun saya belum tahu
kabarnya bagaimana cara dia menurunkan jadi hanya maksimal 20% sebagai syarat
wisuda.
Berdasarkan
hal-hal tadi, daripada kita tergopoh-gopoh di waktu yang genting “menurunkan”
tingkat plagiasi, mending hal tersebut dicicil sedikit demi sedikit, sejak kita
membuat draf laporan. Jika kita tidak sempat membaca semua hasil parafrase
(online), kadang tersua kata-kata yang agak janggal walau bisa diruntut
maknanya. Maklumlah, sistem dituntut membuat kalimat gubahan menggunakan
kata-kata seberbeda mungkin walau maknanya sama. Kalau saya jadi aplikasi
tersebut, pasti pusing 7 keliling. Satu tips lagi dalam mengutip pernyataan
(lalu di-parafrase.) Akan lebih baik jika kita menulis ulang teks yang mau kita
kutip, daripada menyalin lalu mengeditnya. Entah bagaimana “Turnitin” itu tahu
kalau kita copy-paste suatu teks dari sumber tertentu di internet.
Insert Caption (Tabel, Gambar, atau Lampiran)
Kini kita
mengulik tentang “Insert Caption” sebagai fasilitas penyistematisan berbagai
caption. Jenis caption yang saya gunakan dalam tesis ini adalah "Tabel, Figure/
gambar, dan Lampiran," yang dalam aturan main tesis memang harus dibuatkan daftarnya. Prinsip
menuliskan keterangan terhadap 3 item caption ini sama, akan saya jelaskan sambil lihat gambar di
bawah ini yang mencontohkan memberi keterangan suatu gambar; kebetulan ini gambar
ke-7 dalam suatu naskah.
Contoh Proses Bikin "Caption" |
Posisikan
kursor komputer di tempat “Saption” akan dibuat, lalu pilih menu “Reference”
klik “Insert Caption,” maka akan muncul kolom-kolom pilihan. Pada isian
“Caption” muncul pilihan “Gambar 7” karena ini memang gambar ke-7 yang sudah
direkam oleh fitur ini. Pada “Label,” muncul beberapa pilihan, salah satunya
“Gambar.” Nama label sebelumnya bisa kita buat sendiri dalam blok “New Label.”
Di situ saya juga buat pilihan “Tabel” dan “Lampiran” yang akan digunakan
sesuai peruntukannya.
Bagaimana
cara menampilkan daftar yang sudah kita “caption” tadi? Gampang… Pada tempat
yang dikehendaki, Klik “Insert Table of Figure” dari menu “References.” Lalu
disitu akan muncul “Caption Label” dengan berbagai pilihan, apa mau “Tabel, Gambar,
atau Lampiran.” Klik OK maka otomatis akan terurai daftar yang kita maksud,
mulai dari nomor 1 sampai selesai, lengkap dengan halamannya.
Seandainya saat melakukan editing mayor (meninjau seluruh naskah) kita menambahkan atau mengurangi sesuatu yang kita “caption,” maka otomatis nanti nomor caption akan terkoreksi secara berurutan di badan teks. Untuk memperbaharui daftarnya, hapus saja yang lama, lalu kita buat daftar baru yang otomatis menampilkan hasil revisian tadi.
Cukup ya penurunan
jurus-jurus taktis nulis tesis yang sudah saya bagikan. Kita sambung pada seri
berikutnya tentang bagaimana kita bisa menyunting atias ngedit naskah kita,
juga dengan langkah-langkah efektif.
Brebes, 22 Maret 2024.
Agustinus Susanta, S.T., M.Pd.
================ Bersambung ================