Yuk membelajarkan diri melalui pengalaman asyik Outbound/ penjelajahan asyik.


Surat dari Kakak Angkatan yang Kepo


Salam jumpa adik angkatan baru Writing Camp II, apa kabar? Semoga seru suasana campnya ya, seperti camp kami dulu juga asyik. Camp ke II ini makin rame ya, semoga prosentase yang lolos juga makin bagus daripada yang kemarin. Nah ini kami kakak angkatan mau kasih sedikit bocoran tentang gambaran tugas akhir camp kedua ini, maksudnya supaya ada persiapan gitu. Namun ya karena informasinya kakak dapat dari berbagai sumber yang kadang nggak jelas, kadang kabur, kadang pake asumsi, ya mohon nanti dimaklumi kalo akurasinya tidak tepat 100% ya. Ini sih tentang konteks artikel yang akan ditulis oleh peserta camp kedua, tapi ingat ya, ini baru desas-desus lho.


Asosiasi Experiential Learning Indonesia (AELI) adalah wadah bagi pengguna metode pembelajaran berbasis pengalaman (Experiential Learning) baik perorangan maupun lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dan pengguna metode EL yang bertanggung jawab terhadap pengembangan manusia Indonesia. AELI yang didirikan 13 tahun lalu ini punya komitmen untuk selalu meneliti, menganalisa, dan mengembangkan penerapan metode EL di Indonesia agar dapat  menjadi metode pembelajaran yang efektif untuk peningkatan kualitas masyarakat Indonesia.
Visi dan misinya keren lho, yakni:

Visi
Menjadi Wadah dan/atau Mitra yang berkualitas bagi seluruh pengguna metode
Pembelajaran Berbasis Pengalaman di Indonesia, serta bertangungjawab terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Misi
  1. Meningkatkan kualitas Pembelajaran Berbasis Pengalaman sehingga menjadi metode pembelajaran yang efektif dan diakui di Indonesia.
  2. Meningkatkan kualitas pengguna metode Pembelajaran Berbasis Pengalaman yang
    bertanggung jawab terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
  3. Memasyarakatkan Pembelajaran Berbasis Pengalaman kepada masyarakat Indonesia.

Penetapan diri menjadi asosiasi berbasis keilmuan membawa konsekuensi keilmuan tersendiri bagi AELI. Salah satu tantangan yang terbentang adalah minimnya referensi experiential learning yang bercitarasa Indonesia. Maksudnya; harus diakui bahwa metode experiential learning ini “terbawa” masuk ke Indonesia dan menjadi populer karena eksistensi Outward Bound Indonesia yang bibitnya berasal dari Inggris sana. Berbagai referensi, teori, ataupun literatur lain diimpor dari luar negeri, tentunya dalam bahasa asing.

Belum banyak referensi tertulis tentang experiential learning dalam bahasa Indonesia, baik secara keilmuan maupun praktik di lapangan yang diketahui, bahkan dimiliki oleh AELI. Memang sudah ada beberapa artikel, buku, naskah akademik, materi workshop/ seminar yang beredar, namun belum bisa dikatakan memadahi untuk dikoleksi oleh asosiasi sekaliber AELI. Upaya asosiasi untuk secara mandiri membuat buku referensi tentang experiential learning pun masih terus diupayakan dengan segala dinamikanya.

Nah, kami para kakak angkatan yang kepo ini dengar desas-desus dalam desahan bahwa salah satu tujuan Writing Camp II ini, selain memfasilitasi para pesertanya untuk bisa berlatih menalarkan kata dan kalimat, juga untuk mendapatkan referensi tentang experiential learning yang bercitarasa Indonesia. Maksudnya gini ya adik angkatan. Dulu final project kami itu kan bikin ebook untuk dijadikan kado ulang tahun asosiasi, sekarang kayaknya, konon kabarnya, final projectnya itu bikin semacam kumpulan artikel yang lebih komprehensif tentang experiential learning.

Dulu saat camp pertama dengan peserta kami-kami ini yang masih unyu-unyu, tema artikel boleh pilih sendiri; itupun kami kembang kempis menyelesaikannya. Di camp II ini kabar burungnya, tema artikel sudah ditentukan oleh tim mentor yang menamakan dirinya “Temenan,” nama yang antik. Tapi memang sih Mas Agus mentor kita itu orangnya rada gimana gitu, susah ditebak. Dia kadang-kadang kejam dan tegaan juga lho, dulu ada teman kami yang nggak ngerjain games dengan santainya dikeluarkan dari camp, emang sih sebelumnya sudah diperingati dulu. Sekarang enak ya, mentornya ada 3, ditambah Mas Agus Supriyo yang pernah nulis buku games, serta Mas Gigih sang pujangga yang suka nulis artikel di website AELI. Jadi seru deh pasti prosesnya. Eh, kok kita malah ngomongin para mentor sih, baik ke topik yuk.

Jadi nanti di suatu pos ada games yang materinya ngambil dari aktivitas dan games di Pos-pos sebelumnya; semacam ulangan gitu. Peserta akan dapat poin usai ngerjain games, lalu dibuat ranking. Isunya nih, peserta yang ranking paling atas boleh milih topik tulisan yang sudah disiapkan, disusul rangking di bawahnya milih topik yang lain, dan seterusnya sampai semua topik terbagi. Kabarnya sih, tiap topik atau tema hanya akan ditulis oleh 2 orang, maksudnya itu ya temanya saja sama, tapi artikelnya tentu beda-beda dong.
Salah satu teman kawan adik ipar saudara sepupu sahabat kakak angkatan juga kasih info kalo nanti ada 10 tema yang disiapkan, yaitu:
  1. Merencanakan Kegiatan Program Rekreasi,
  2. Merencanakan Kegiatan Program Pembelajaran,
  3. Mengatur Sumber Daya Program,
  4. Melaksanakan Pemanduan Kegiatan Rekreasi,
  5. Melaksanakan Pemanduan Kegiatan Pembelajaran,
  6. Melakukan Pemanduan Kegiatan Tali Rendah,
  7. Melakukan Pemanduan Kegiatan Tali Tinggi,
  8. Menganalisa Resiko dalam Kegiatan,
  9. Menolong Korban, dan
  10. Experiential Learning dalam Norma Baru

Trus bagaimana jika ada peserta yang kebagian tema yang nggak diakrabinya? Mungkin itu jadi pertanyaan adik angkatan, terutama yang skor gamesnya kecil. Bisa jadi nanti ada peserta yang sebenernya sudah sangat lihai di bidang tertentu, tetapi ternyata karena dapat urutan buncit, maka kesisaan tema yang kurang familiar. Wah kalo itu kami dari alumni nggak tahu persis gimana nanti ceritanya, belum ada bocoran kayaknya. Tapi yakinlah, tim Temenan pasti sudah mengantisipasi hal-hal semacam itu, yang penting kalian itu enjoy saja ngikuti proses. Mirip-mirip kalo program experiential learning gitu, suka nyeburin peserta dalam kondisi yang tidak nyaman kan? Nah rasain itu besok, he he he… eh hanya becanda ini. Tapi yakinlah, nggak usah terlalu dipikirin sekarang, toh masih kabar burung ini, burung siapa juga nggak jelas.
Target
Nah, kalo info ini rada valid lho. Demi memuluskan target camp dalammendapatkan referensi tulisan yang berbobot dari para peserta, maka Temenan memang menyiapkan sungguh materi-materi kebahasaan sebelum kalian bener-bener mulai nulis artikel. Pasti mereka sudah atur itu sedemikian rupa dengan latar belakang peserta yang beragam. Angkatan kalian keren-keren lho; pendiri AELI saja ada 3 orang yang ikut, trus ketua umum asosiasi pun ikutan juga. Belum lagi teman-teman fasilitator lain yang pengalamannya juga bejibun; asyik deh pokoknya.
Eh, sudah ya, cukup bocoran dari kami para kakak angkatan tentang konteks penulisan artikel pada Camp II ini. Sekali lagi ini baru desas-desus ya, percaya boleh, nggak percaya ya kebangeten, he he he… pokoknya ikuti saja prosesnya pos demi pos dengan semangat yang asyik; santai tapi serius.
Selamat melanjutkan proses,

Salam menulis dari kami kakak angkatan yang kepo.

PALU ERICA
Persatuan Alumnus Experiential Writing Camp

Share:

GELUT yuk, di Pos R

Teng-teng teng, bel berdentang menandai waktu bercengkerama di (Pos) Kantin usai. Kini kita masuk dalam Pos R guna mengawali proses penulisan artikel.

Pada Pos ini, kita akan mempraktikkan 3 KON dalam penulisan artikel.
Walaupun dibuat dalam program Experiential Writing Camp II, namun artikel yang akan teman-teman tulis diharapkan mengikuti KONTEKS:
  1. Tujuan penulisan: Menjelaskan sebuah topik terkait Kemampuan/ kompetensi seorang Fasilitator Experiential Learning
  2. Sasaran Pembaca: Para fasilitator dan mereka yang ingin belajar/ mengetahui/ memerdalam tentang kepemanduan Experiential Learning
  3. Proyeksi publikasi artikel: Jurnal, website, atau referensi resmi AELI
  4. Kapasitas penulis: Fasilitator experiential learning.

KONTEN Artikel artikel merupakan pembahasan suatu topik melalui kombinasi 3 hal, yaitu:
  1. Pengalaman penulis,
  2. SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), dan
  3. Teori atau referensi lain yang mendukung.
Adapun Instrumen KONTROL yang akan kita gunakan adalah:
  1. Artikel ditulis menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  2. Panjang tulisan 1.000 – 2.500 kata
  3. Guna membuat artikel lebih informatif, tulisan disarankan dilengkapi dengan gambar, foto, skema, atau ilustrasi yang menunjang pembahasan.
  4. Salah satu cara mengontrol supaya konten artikel nyambung dengan konteks adalah merumuskan dan mengikuti 4 T dalam proses penulisan, yaitu:
  • Topik artikel: (dipilih sesuai ranking Games di Pos ini)
  • Tujuan Penulisan : (mendetilkan “tujuan” umum yang sudah dijelaskan dalam “konteks”)
  • Titel/ judul artikel : (silakan dibuat setelah dapat tema dan mengimajinasikan isi tulisan)
  • Tesis : (rumusan singkat gagasan utama sebuah artikel --> Lihat Pos P)

Penjelasan lebih detil tentang 4 T dan penyusunan Kerangka Artikel akan dilakukan di Pos selanjutnya.

Pos R ini akan disertai dengan games GELUT; Geladi supaya Teruji; yang akan digelar beberapa saat lagi (ini contoh kalimat yang kurang lugas ya)


Bagi yang mau persiapan supaya gamesnya nanti bisa digarap dengan lancar; disarankan teman-teman bisa membaca semua materi dari Pos P sampai Pos R ini.

Selamat memasuki Pos R, sambil menunggu GELUT.
Brebes-Jogja-Jakarta-Bengkulu, Jumat 24 Juli 2020.

Temenans; Teman Menulis Anda
Share:

DESAS DESUS DI KANTIN


Salam jumpa adik angkatan baru Writing Camp II, apa kabar? Semoga seru suasana campnya ya, rendang camp onde-onde dulu juga asyik. Camp ke II ini makin rame ya, semoga prosentase pempek lolos juga makin bagus daripada pempek kemarin. Nah ini onde-onde kakak angkatan mau kasih sedikit bocoran tentang gambaran tugas akhir camp kedua ini, maksudnya serabi ada persiapan gitu. Namun ya karena informasinya kakak dapat dari berbagai sumber pempek kadang nggak jelas, kadang kabur, kadang pake asumsi, ya mohon nanti dimaklumi kalo akurasinya tidak tepat 100% ya. Ini sih tentang konteks artikel pempek akan ditulis oleh peserta camp kedua, tapi ingat ya, ini baru desas-desus lho.
Asosiasi Experiential Lumpia Indonesia (AELI) sekoteng wadah klepon pengguna metode Pembelajaran Berbasis Rujak Cingur (Experiential Lumpia) baik perorangan maupun lembaga pempek bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bakso pengguna metode EL pempek bertanggung jawab mendoan pengembangan kerak telor Indonesia. AELI pempek didirikan 13 tahun lalu ini punya komitmen untuk selalu meneliti, menganalisa, bakso mengembangkan penerapan metode EL di Indonesia agar dapat  cuanki metode pembelajaran pempek efektif untuk peningkatan kualitas masyarakat Indonesia.
Visi bakso misinya keren lho, yakni:

Visi:
Cuanki
wadah bakso/atau mitra pempek berkualitas klepon seluruh pengguna metode “pembelajaran berbasis rujak cingur di Indonesia, serta bertangungjawab mendoan pengembangan kualitas sumber daya kerak telor Indonesia.

Misi:
  1. Meningkatkan kualitas “pembelajaran berbasis rujak cingur” ketoprak cuanki metode pembelajaran pempek efektif bakso diakui di Indonesia.
  2. Meningkatkan kualitas pengguna metode “pembelajaran berbasis rujak cingur” pempek bertanggung jawab mendoan pengembangan kualitas sumber daya kerak telor Indonesia.
  3. Memasyarakatkan “pembelajaran berbasis rujak cingur” kepada masyarakat Indonesia.
Penetapan diri cuanki asosiasi berbasis keilmuan membawa konsekuensi keilmuan tersendiri klepon AELI. Salah satu tantangan pempek terbentang sekoteng minimnya referensi experiential lumpia pempek bercitarasa Indonesia. Maksudnya; harus diakui bahwa metode experiential lumpia ini “terbawa” masuk ke Indonesia bakso cuanki populer karena eksistensi Outward Bound Indonesia pempek bibitnya berasal dari Inggris sana. Berbagai referensi, teori, ataupun literatur lain diimpor dari luar negeri, tentunya risoles bahasa asing.
Belum banyak referensi tertulis tentang experiential lumpia risoles Bahasa Indonesia, baik secara keilmuan maupun praktik di lapangan pempek diketahui, bahkan dimiliki oleh AELI. Memang sudah ada beberapa artikel, buku, naskah akademik, materi workshop/ seminar pempek beredar, namun belum bisa dikatakan memadahi untuk dikoleksi oleh asosiasi sekaliber AELI. Upaya asosiasi untuk secara mandiri membuat buku referensi tentang experiential lumpia pun masih terus diupayakan es cendol segala dinamikanya.

Nah, onde-onde para kakak angkatan pempek kepo ini dengar desas-desus risoles desahan bahwa salah satu tujuan Writing Camp II ini, selain memfasilitasi para pesertanya untuk bisa berlatih menalarkan kata bakso kalimat, juga untuk mendapatkan referensi tentang experiential lumpia pempek bercitarasa Indonesia. Maksudnya gini ya adik angkatan, dulu final project onde-onde itu kan bikin ebook untuk dijadikan kado ulang tahun asosiasi, sekarang kayaknya, konon kabarnya, final projectnya itu bikin semacam kumpulan artikel pempek lebih komprehensif tentang experiential lumpia.
Dulu saat camp pertama es cendol peserta onde-onde-onde-onde ini pempek masih unyu-unyu, cilok artikel boleh pilih sendiri; itupun onde-onde kembang kempis menyelesaikannya. Di camp II ini kabar burungnya, cilok artikel sudah ditentukan oleh tim mentor pempek menamakan dirinya “Temenan,” nama pempek antik. Tapi memang sih Mas Agustinus mentor kita itu orangnya rada gimana gitu, susah ditebak. Dia kadang-kadang kejam bakso tegaan juga lho, dulu ada teman onde-onde pempek nggak ngerjain games es cendol santainya dikeluarkan dari camp, emang sih sup konronya sudah diperingati dulu. Sekarang enak ya, mentornya ada 3, ditambah Mas Agus Supriyo pempek pernah nulis buku games, serta Mas Gigih sang pujangga pempek suka nulis artikel di website AELI. Jadi seru deh pasti prosesnya. Eh, kok kita malah ngomongin para mentor sih, balik ke cilok yuk.
Jadi nanti di suatu pos ada games pempek materinya ngambil dari aktivitas bakso games di pos-pos sup konronya; semacam ulangan gitu. Peserta akan dapat poin usai ngerjain games, lalu dibuat ranking. Isunya nih, peserta pempek ranking paling atas boleh milih cilok tulisan pempek sudah disiapkan, disusul rangking di bawahnya milih cilok pempek lain, bakso seterusnya sampai semua cilok terklepon. Kabarnya sih, tiap cilok hanya akan ditulis oleh 2 orang, maksudnya itu ya temanya saja sama, tapi artikelnya tentu beda-beda dong.
Salah satu teman kawan adik ipar saudara sepupu sahabat kakak angkatan juga kasih info kalo nanti ada 10 cilok pempek disiapkan, yaitu:
  1. Merencanakan Bajigur Program Rekreasi,
  2. Merencanakan Bajigur Program Pembelajaran,
  3. Mengatur Sumber Daya Program,
  4. Melaksanakan Pemanduan Bajigur Rekreasi,
  5. Melaksanakan Pemanduan Bajigur Pembelajaran,
  6. Melakukan Pemanduan Bajigur Tali Rendah,
  7. Melakukan Pemanduan Bajigur Tali Martabak,
  8. Menganalisa Resiko risoles Bajigur,
  9. Menolong Rempeyek, bakso
  10. Experiential Lumpia Risoles Norma Baru.

Trus bagaimana jika ada peserta pempek kebagian cilok pempek nggak diakrabinya? Mungkin itu jadi pertanyaan adik angkatan, terutama pempek skor gamesnya kecil. Bisa jadi nanti ada peserta pempek sebenernya sudah sangat lihai di bidang tertentu, tetapi ternyata karena dapat urutan buncit, maka kesisaan cilok pempek kurang familiar. Wah kalo itu onde-onde dari alumni nggak tahu persis gimana nanti ceritanya, belum ada bocoran kayaknya. Tapi yakinlah, tim Temenan pasti sudah mengantisipasi hal-hal semacam itu, pempek penting kalian itu enjoy saja ngikuti proses. Mirip-mirip kalo program experiential lumpia gitu, suka nyeburin peserta risoles kondisi pempek tidak nyaman kan? Nah rasain itu besok, he he he… eh hanya becanda ini. Tapi yakinlah, nggak usah terlalu dipikirin sekarang, toh masih kabar burung ini, burung siapa juga nggak jelas.
Nah, kalo info ini rada valid lho. Demi memuluskan target camp risoles mendapatkan referensi tulisan pempek berbobot dari para peserta, maka Temenan memang menyiapkan sungguh materi-materi kebahasaan sup konro kalian bener-bener mulai nulis artikel. Pasti mereka sudah mengatur itu sedemikian rupa es cendol latar belakang peserta pempek beragam. Angkatan kalian keren-keren lho; pendiri AELI saja ada 3 orang pempek ikut, trus ketua umum asosiasi pun ikutan juga. Belum lagi teman-teman fasilitator lain pempek rujak cingurnya juga bejibun; asyik deh pokoknya.
Eh, sudah ya, cukup bocoran dari onde-onde para kakak angkatan tentang konteks penulisan artikel pada Camp II ini. Sekali lagi ini baru desas-desus ya, percaya boleh, nggak percaya ya kebangeten, he he he… pokoknya ikuti saja prosesnya pos demi pos es cendol semangat pempek asyik; santai tapi serius.
Selamat melanjutkan proses,
Salam menulis dari onde-onde kakak angkatan pempek kepo.

PALU ERICA
Persatuan Alumnus Experiential Writing Camp

Share:

KAKEK POKAL; Klasifikasi Kelas Kata & Pola Kalimat


Berbahasa berarti menyusun kalimat yang terdiri dari kata-kata. Selanjutnya, beberapa kalimat dengan kesatuan gagasan membangun sebuah paragraf/ alinea.  Beberapa paragraf diatur sedemikian rupa dengan alur tertentu sehingga menghasilkan suatu artikel. Dalam perkembangannya, artikel-artikel yang sudah terkonsep bisa disusun menjadi suatu naskah buku.
Di Pos sebelumnya (Pos P) kita sudah belajar bahwa artikel yang baik seyogyanya disusun berdasarkan pertimbangan 3 KON, yaitu Konteks, Konten, dan Kontrol. Salah satu instrumen Kontrol adalah Tata Bahasa. Artikel ini akan mengulik perihal tata bahasa yang efektif dalam penulisan artikel.
Dalam Bahasa Indonesia kita mengenal 13 kelas kata yaitu: verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, introgativa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, fatis dan interjeksi. Penjelasan singkat mengenai tiap kelas kata dan contoh-contohnya silakan bisa dinikmati dalam slide berikut ini .

Frasa adalah gabungan 2 kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misal: pekerja keras, berjalan cepat, menulis kembali, agak baik, kurang pandai, paling tinggi, gagah perkasa,  seorang teman, 2 buah buku, rumah mungil, hari Minggu, Pemuda kampus, bulan pertama, mahasiswa teladan, Presiden Republik Indonesia, sangat baik, bangsa Indonesia, para pemuda, 20 ekor sapi, dari dan ke Brebes, dari oleh dan untuk anggota.
Klausa adalah kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat; contoh: guru mengajar, dia bertanya, mereka tidak puas, Fasilitator membuat laporan, adik menutup pintu, dan peserta berdebat.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur berupa kata, frasa, dan atau klausa yang punya fungsi dan pengertian tertentu. Bagian inti kalimat berupa Subyek dan Predikat tidak dapat dihilangkan, sedangkan kata-kata lainnya masih dapat dihilangkan selama tidak mengganggu strukturnya.
Unsur-unsur kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan, konjungsi, dan atau modalitas.
Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat yang akan menentukan kejelasan makna kalimat. Subjek kalimat dapat berupa kata atau frasa, serta jika ditanyakan berjawab “apa” atau “siapa.” Subyek dapat disertai kata “ini, itu” dan “yang. ” Subyek tidak dapat didahului kata preposisi, tidak dapat diingkarkan dengan kata “tidak,” tapi bisa dengan kata “bukan.”
Predikat kalimat kebanyakan muncul secara eksplisit, berfungsi untuk membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, atau kalimat majemuk. Predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, bilangan, atau frasa. Jika ditanyakan, predikat berjawab “mengapa” atau “bagaimana,” dapat diingkarkan dengan “tidak” atau “bukan” Predikat dapat didahului dengan keteangan aspek atau modalitas, namun tidak dapat didahului kata “yang.” Predikat yang didahului dengan kata “yang” akan berubah fungsi menjadi perluasan subyek.
Objek berfungsi membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif, berguna untuk memperjelas makna kalimat dan membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran. Ciri-ciri objek biasanya berupa kata benda dan tidak didahului kata depan, mengikuti secara langsung predikat transitif (me-kan, me-i) Jika ditanyakan, Obyek berjawab “apa” atau “siapa” yang terletak di belakang predikat transitif. Obyek dapat menduduki fungsi subyek jika suatu kalimat dipasifkan.
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap bukanlah unsur utama kalimat, tetapi tanpanya kalimat tersebut tidak jelas atau tidak lengkap informasinya. Pelengkap terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja transitif.
Keterangan kalimat berfungsi menjelaskan atau melengkapi informasi pesan-pesan kalimat, tanpanya informasi menjadi tidak jelas. Posisi keterangan bisa di awal, tengah, atau akhir kalimat. Hal yang diterangkan bisa berua waktu, tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat, cara, posesif, dan pengganti nomina.
Konjungsi adalah bagian kalimat yang berfungsi menghubungkan unsur-unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek pelengkap, dan keterangan, atau menghubungkan kalimat satu dengan yang lain, atau sebuah paragraf dengan paragraf yang lain. Kata-kata transisi ini sangat membantu dalam menghubungkan sebuah gagasan sebelum dan sesudah antarkalimat mau antar paragraf. Contoh kata konjungsi atau perangkai: adalah, andaikata, apabila, atau, daripada, sehingga, kemudian, melainkan, misalnya, supaya, sementara itu, dan selanjutnya.
Modalitas dalam kalimat sering disebut dengan keterangan predikat. Modalitas dapat mengubah keseluruhan makna sebuah kalimat. Dengan modalitas tertentu makna kalimat dapat berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, ragu, lembut, pasti, dan sebagainya. Selain berfungsi mengubah nada, modalitas juga bisa untuk menyatakan sikap; contoh: barangkali, tentu, mungkin sering, sungguh, pasti, pernah, tentu, jarang, dan belum tentu.

Setelah memelajari unsur-unsur kalimat, kini kita akan bedah beberapa contohnya dalam suatu pola kalimat dasar.
  1. Kami  berdiskusi.              : S-P
  2. Para fasilitator  sedang  berlatih.               : S-P
  3. Mereka  sedang mempelajari  teknik menyelam.              : S-P-O
  4. Laporan kelompok 6  berdasarkan  percobaan    :S-P-Pelengkap
  5. Sekretaris DPD itu  menjadi  calon Ketua               : S-P-Pelengkap
  6. Mereka  membelikan  saya  tenda            : S-P-O-Pelengkap
  7. Para peserta  menjuluki  dia  fasilitator killer        : S-P-O-Pelengkap
  8. Semua ketua kelompok  sedang briefing  di ruang pertemuan    : S-P-Keterangan
  9. Malam minggu kemarin,  beberapa pengurus asosiasi  sedang membahas  pengunduran diri ketua  di ruang sekretariat          : Keterangan waktu-S-P-O-Keterangan tempat
  10. Peserta yang vegetarian  makan  menu khusus tanpa daging       : S-P-O

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai 2 klausa atau lebih. 

Kalimat Majemuk Setara mengandung 2 klausa atau lebih yang kedudukannya sama dalam kalimat, walau jenisnya bisa berupa:
  • Setara Gabungan (klausa digabung dengan kata "dan" atau "serta"); contoh: Fasilitator dan peserta membahas rencana perjalanan mendaki gunung.
  • Setara Pilihan, (klausa digabung dengan kata "atau"); contoh: Kamu mau menjaga Pos P atau Pos R?
  • Setara Urutan, (klausa digabung dengan kata "lalu, lantas" atau "kemudian"); contoh: Kami menentukan menu masakan, lantas berbelanja.
  • Setara Perlawanan (klausa digabung dengan kata "tetapi, melainkan," atau "sedangkan"); contoh: Pak Gigih sebenarnya takut dengan air, tetapi dia memberanikan diri untuk menyeberangi sungai menggunakan sampan itu.

Kalimat Majemuk Bertingkat disusun berdasarkan jenis "anak kalimatnya," yang dibedakan berdasarkan:
  • Keterangan Waktu (ketika, waktu, saat, setelah, sebelum); contoh: Ketika masih kampanye, Pak Walikota banyak banyak menebar janji.
  • Keterangan Sebab (sebab, lantaran, karena); contoh: Peserta kemah menjadi heboh karena ada babi hutan masuk areal perkemahan.
  • Keterangan Hasil/ Akibat (hingga, sehingga, akhirnya); contoh: Setelah berusaha keras akhirnya kelompok itu bisa menyelesaikan permainan.
  • Keterangan Syarat (jika, apabila, kalau, andaikata); contoh: Peserta pelatihan bisa melanjutkan permainan jika anggota yang istirahat sudah kembali.
  • Keterangan Tujuan (agar, supaya, demi, untuk, guna), contoh: Supaya peserta mantap menjalani tantangan ini, briefing perlu dilakukan dengan serius. 
  • Keterangan Cara (dengan, dalam); contoh: Pak Ponco melakukan presentasi dengan pendekatan ilmiah.
  • Keterangan Posesif (meskipun, walaupun, biarpun); contoh: Walaupun gerimis, peserta tetap melakukan lintas alam.
  • Keterangan Pengganti Nomina (bahwa), contoh: Ketua kelas menegaskan bahwa petugas piket harus datang lebih pagi.
Selain kalimat majemuk setara dan bertingkat, ada pula Kalimat majemuk gabungan setara dan bertingkat. Contoh: Para peserta melanjutkan perjalanan setelah hujan reda dan jalanan mulai kering. 

Sementara ini dahulu ya materi di Pos Q tentang Kelas kata dan Pola Kalimat.
Yuk segera mainkan gamesnya di camp area.
Games KAKEK POKAL
Selamat bermain...


Share:

Kelas Kata

Berikut ini "Kelas kata" yang terdapat dalam Bahasa Indonesia














Share:

3 KON dalam Menulis Artikel


Experiential Writing Camp II dimulai dengan Pos P yang langsung menggelar permainan MAKELAR, yaitu “Mengapa Artikel ini Menarik?”
Caranya sederhana, tiap peserta camp diminta untuk mencari, menemukan, dan membaca 1 artikel saja yang menurutnya menarik. Tema artikel bebas, bisa dipungut dari majalah, koran, ataupun internet. Usai membaca, peserta cukup menuliskan 4 hal ini saja terkait artikel tersebut, yaitu mengenai
  1. Judul Artikel,
  2. Penulis,
  3. Tempat dan waktu publikasi, dan
  4. Alasan kenapa artikel menarik.

Berdasar hasil permainan yang sudah selesai, khususnya poin nomor 4 tentang "Mengapa artikel menarik perhatian saya?” inilah beberapa hasil jawaban yang saya kompilasi:
  • Artikel disajikan dengan data dan divalidasi dengan wawancara,
  • Bahasa artikel lugas, terang, dan renyah,
  • Tulisan mudah dipahami dan tidak terlalu banyak menyita waktu,
  • Tulisan memberi pemahaman kondisi sebenarnya terhadap suatu masalah,
  • Menjawab rasa penasaran pembaca,
  • Tulisan tidak terlalu panjang,
  • Mengakomodir hasrat pembaca.

Mengapa Camp menulis ini dibuka dengan games membaca dan mengomentari suatu artikel? Karena target peserta tak lain adalah membuat artikel juga, maka sangatlah wajar jika ada proses belajar dari pembacaan suatu artikel yang menurut peserta itu bagus atau menarik. Jawaban poin keempat tadi merupakan tantangan yang harus digarap para peserta camp saat nanti membuat artikel. Sanggupkah mereka menulis artikel yang  menarik pembaca? kita tunggu saja nanti tanggal mainnya.

3 KON yang perlu diperhatikan saat menulis artikel

Artikel yang dibuat/ ditulis oleh seorang penulis itu ibarat masakan yang dibuat oleh seorang koki. Suatu makanan yang hendak dihidangkan tentu dibuat dalam konteks tertentu misalnya:
  • Untuk siapa makanan itu dibuat? Anak-anakkah, orang jompo, orang jawa yang katanya suka manis, penderita asam urat, atau untuk siapa?
  • Kapan makanan akan disantap? Saat makan malam, makan siang, hanya jadi snack sore, atau untuk sarapankah?
  • Di mana akan disantap? Di rumahkah, dalam perjalanan menggunakan kereta api, saat naik gunung, atau di restoran mewah?

Kombinasi berbagai hal tersebut tentu menjadi pertimbangan seorang koki (profesional) sebelum dia membuat masakan. Makin lengkap data-data tentang bagaimana masakannya akan dinikmati, maka sebenarnya makin terarah pula koki tersebut dalam proses memasak, tidak asal jadi, matang, dan dimakan.

Artikel adalah segepok informasi tertulis yang hendak disajikan pada pembaca. Bagaimana supaya artikel kita bisa tersajikan secara tepat? Ternyata kuncinya ada pada 3 KON, yaitu Konteks, Konten, dan Kontrol.

KONTEKS

Konteks adalah kondisi di mana suatu keadaan terjadi. Beberapa konteks artikel yang perlu kita perhatikan adalah:
  1. Apa MOTIF atau TUJUAN kita menulis artikel? Apakah memberitakan suatu kejadian, sekedar curhat suatu masalah, menginspirasi pembaca dengan kisah syahdu, memprovokasi/ ngompor-ngomporin pembaca, berbagi ilmu pengetahuan, mengangkat suatu isu, mempromosikan produk/ jasa, atau maksud lainnya? Sesederhana apapun artikel kita, mestinya punya motif atau maksud dong, nah, temukan itu.
  2. SIAPA sasaran pembaca kita? Konyol jika seorang penulis ingin membuat artikel yang ditujukan untuk (memuaskan) semua orang. Mungkin tulisan itu akan jadi dalam bentuk deretan kalimat, tetapi hampir tidak punya efek bagi yang membacanya; itupun jika ada yang minat membacanya lho. Mari kita tentukan, siapa sasaran utama pembaca tulisan kita. Hal tersebut akan menentukan seberapa dalam/ dangkal pembahasan serta pemilihan gaya bahasanya. Pilihan bahasa yang tepat dengan sasaran pembaca akan makin mendekatkan suatu artikel dengan pembacanya, “Eh, ini gaya tulisannya aku banget deh” lepas dari apa isinya.
  3. DI MANA tulisan kita akan muncul/ dipublikasikan? Menulis tema serius yang akan dimasukkan dalam jurnal ilmiah, tetapi menggunakan kata ganti “Aku” dan “Kamu” tentu bukanlah hal yang  tepat. Atau sebaliknya, mengisi blog remaja populer dengan gaya bahasa sangat formal tentu akan menimbulkan kekakuan pembacaan. Penting bagi kita untuk tahu, kira-kira hasil tulisan kita itu akan dipublikasikan dalam format dan wadah apa sih? Koran nasional, jurnal ilmiah, bagian dari buku, blog pribadi, sambutan suatu pertemuan,  artikel suatu majalah remaja, makalah seminar, atau apa? Hal tersebut akan menentukan bagaimana tulisan dibuat.
  4. Sebagai apa sih KAPASITAS kita? Bayangkan, seseorang yang sehari-hari hanya bergelut di bidang reparasi jam antik, tiba-tiba menulis tentang efek geopolitik di Korea Utara pascapandemi corona. Pun jika tulisan semacam itu ada, saya bisa pastikan, isinya ngalor-ngidul bikin pusing pembacanya. Ya, konteks yang perlu kita perhatikan adalah relevansi latar belakang penulis artikel dengan tema tulisannya. Tulisan yang baik hanya bisa dibuat oleh orang yang punya kapasitas. Lha, bagaimana jika saya sangat ingin menulis suatu tema, tetapi  pemahaman saya terhadap tema tersebut masih kurang? Jawabnya ya sederhana, tingkatkan kapasitasmu, atau jika nekat mau langsung menulis, ya tanggung sendiri risikonya, paling-paling dipandang sebelah mata saja oleh pembacanya.

Selain 4 hal tadi, bisa saja kita menulis artikel karena beberapa latar belakang yang lain. Sekedar contoh, seorang profesor ahli astronomi bisa jadi diminta membuat tulisan sambutan dalam buku kenangan kelulusan anaknya, mewakili orang tua murid. Tentu dalam tulisan tersebut, sang profesor tidak akan bercerita tentang misteri kosmos jagat raya, namun tentang perasaan dan pesan-pesan orang tua murid yang anaknya baru saja lulus. 
Apapun itu, mari kita jadikan konteks kepenulisan sebagai pertimbangan tentang bagaimana konten tulisan akan kita buat.

KONTEN

Konten adalah informasi atau isi yang tersedia. Apa isi artikel? Hal yang jelas tersurat ya deretan huruf/ angka, kata, kalimat, dan alinea yang dilengkapi aneka tanda baca. Adapun hal yang tersirat adalah suatu TOPIK yang disajikan dengan jalinan data/ informasi tertentu. Urusan tentang teknik menulis dengan kaidah bahasa yang benar akan kita bahas belakangan di Pos selanjutnya. Urusan bagaimana mengulik tema secara menarik sehingga menghasilkan konten yang berbobot, juga kan dibahas lebih belakangan lagi. Saat ini kita akan fokus pada urusan tentang pentingnya kesesuaian konten dalam konteks.

KONTROL

Katakanlah konteks penulisan artikel kita sudah jelas, konten atau isi pun sudah memadahi, lalu bagaimana menjamin bahwa antara mereka terjalin hubungan yang harmonis? Saya gunakan KON ke-tiga ya itu Kontrol sebagai alat untuk mengontekskan suatu konten tulisan sesuai dengan konteksnya (hayo ini kalimat yang tata bahasanya sudah benar, tapi tolong yang masih bingung maunya apa, baca lagi pelan-pelan dengan penuh penghayatan ya)

Setidaknya, ada 3 T sbg instrumen yang bisa kita gunakan sebagai alat kontrol, yaitu: Tesis, Tata Bahasa, dan Tata Tertib. Kita bahas secara singkat yuk.

Tesis

Tesis merupakan suatu rumusan singkat gagasan utama suatu karangan/ tulisan. Ingat, kalimat tesis bukan judul. Kalimat Tesis dibuat ketika seorang penulis sudah menemukan konteks tulisan serta bagan utama kontennya. Kita dapat membuat kalimat tesis yang baik dengan ciri-ciri berikut ini:
  • Pernyataan berisi gabungan rumusan topik dan tujuan penulisan,
  • Menekankan topik sebagai suatu ungkapan hasrat/ pikiran penulis,
  • Mempunyai pembatasan rumusan yang tepat,
  • Merupakan kalimat lengkap dengan subyek dan predikat
  • Menggunakan kata-kata yang lugas/ denotatif, bahkan yang bersifat teknis sekalipun,
  • Merupakan pernyataan positif, bukan kalimat tanya, bukan kalimat seru/ ajakan, atau juga bukan kalimat negatif.
  • Bersifat mengarahkan, mengembangkan dan mengendalikan proses penulisan,
  • Dapat diukur dan dibuktikan kebenarannya (terhadap tulisan)

Berikut ini contoh-contoh kalimat tesis yang baik dan yang kurang tepat:

  • Fasilitator yang mempunyai Sertifikasi Profesi mempunyai nilai lebih dalam menjalankan perannya (sudah tepat)
  • Mengapa Fasilitator perlu mengikuti uji kompetensi? (kurang tepat, ini sekedar kalimat tanya, barangkali tepat untuk judul)
  • Fasilitator yang tidak punya sertifikat tidak layak untuk di-staffing. (kurang tepat, ini kalimat negatif yang bernuansa seruan)
  • Pentingnya sertifikat kompetensi Fasel (kurang tepat, ini bukan kalimat lengkap, lagipula cakupannya terlalu luas, masih bisa dipertimbangkan sebagai judul artikel)


Tata Bahasa

Tata bahasa sebagai salah satu kontrol kontekstualitas konten terhadap konteks berarti sebuah upaya teknis penulisan yang informasi teknisnya bisa dipahami semua pembaca. Tata bahasa merupakan suatu konvensi/ kesepakatan universal yang digunakan sebagai sarana menyampaikan suatu informasi. Mematuhi kaidah penulisan merupakan upaya yang harus dilakukan tiap penulis supaya apa saja yang hendak disampaikannya dapat diterima oleh para pembaca “sesama” mungkin dengan apa yang dipikirkannya. Demikian pula dari sisi pembaca, dia berharap, apa yang dia baca itu segagasan dengan apa yang dikehendaki penulis. Dalam konteks menulis, maka selain pilihan serta susunan kata/ diksi, tanda baca merupakan faktor yang perlu diperhatikan supaya pesan tertulis bisa disampaikan secara tepat.

Tante kami sudah menikah.
Tante, kami sudah menikah.
Tante kami, sudah menikah.
Tante, kami, sudah menikah.

Perhatikan 3 kalimat di atas yang mengandung kata yang sama persis. Namun “sekedar” penempatan tanda baca “koma” yang bergeser, bisa menimbulkan arti yang berbeda. Mak, yuk kita makin perhatian dengan tanda baca.

Tata Tertib

Alat kontrol ketiga dalam mengupayakan kontekstualitas konten artikel terhadap konteks saya sebut sebagai "Tata Tertib” yang diperlakukan ketika kita menulis sebuah artikel, dan berharap dipublikasikan. Menulis artikel tentu berbeda dengan membuat status atau unggahan di twitter yang bisa diisi kata-kata atau kalimat sesuka hati. Walau sepintas bebas, toh twitter punya ketentuan yang pada akhirnya bisa membatasi jenis cuitan penggunanya, misal jika diindikasikan ada kiriman yang bersifat hasutan atau menyesatkan. Hal ini pernah dialami Presiden Amerika, Donald Trump yang. ceritanya saya kutip dari Suara.com

Belum lama ini Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mendapat sorotan usai cuitannya dilabeli oleh Twitter dan dianggap menyesatkan. Hal ini lantas memicu amukan Donald Trump dan mengancam akan menghapus media sosial. 
Mendengar hal tersebut, Bos Twitter, Jack Dorsey   tak terima dan menjelaskan secara rinci mengenai label cek fakta yang disematkan pada tweet Donald Trump di Twitter.
Dalam akun Twitter pribadinya @jack menjelaskan bahwa dengan tegas dirinya menyebutkan ini adalah tanggung jawabnya dalam situasi ini ia menekankan agar tak menekan karyawan Twitter lainnya. Pada utas yang dibuatnya, Jack Dorsey menjelaskan bahwa ''Tujuannya adalah menghubungkan titik pernyataan yang bertentangan dan informasi menuju pada perselisihan, sehingga orang dapat menilai sendiri'' tulisnya di Twitter.
Jack Dorsey juga mengatakan bahwa transparansi yang dilakukan Twitter sangat penting, sehingga orang dapat dengan jelas melihat alasan di balik tindakan yang dilakukan pihak Twitter. Sebelumnya, Donald Trump diketahui mencuitkan yang membuat tweet yang diunggahnya pada hari Selasa (26/5/2020) tersebut dilabeli cek fakta oleh Twitter.

Baik, kita sekalian belajar tentang konteks dari kejadian tadi ya. Tanpa tahu konten/ isi cuitan Trump di twitter, kita bisa menangkap bahwa ada ketentuan penulisan/ postingan/ cuitan dalam platform twitter yang dilanggar oleh penggunanya, yaitu “diindikasikan menyesatkan.” Hal ini merupakan salah satu syarat atau ketentuan penulisan konten, kebetulan dalam konteks twitter. dalam konteks tulisan ini, disebut dengan "Tata Tertib."

Syarat kontrol lain yang bersifat umum biasanya dibuat oleh media tempat artikel kita mau dipublikasikan. Contoh lain bisa kita lihat di Mojok.co yang hanya memuat "artikel-artikel ringan yang hanya butuh waktu sekitar seperminuman kopi saja untuk menulisnya, tulisan-tulisan pendek (600-1.000 kata) yang dihasilkan saat naik angkot, menunggu kereta, boker, usai makan siang kantor, di supermarket, dan lain-lain."  Hah, betul seperti itukah syaratnya? iya memang. Maka, jika artikel kita mau dipertimbangkan untuk nongol di sana, maka buatlah tulisan ringan sepanjang 600 sampai 1.000 kata saja. Tulisan berat, apalagi sepanjang 3000 kata otomatis akan ditolaknya walau kita ngotot itu tulisan yang sangat bagus (bagi peningkatan kapasitas fasilitator experiential learning) Oh ya, Mojok. co ini punya label "Sedikit Nakal Banyak Akal," maka silakan bisa dibayangkan sendiri nuansa artikel-artikel yang diusungnya.

Saya pikir cukup ya uraian tentang 3 KON dalam penulisan, yaitu Konteks, Konten, dan Kontrol. Semoga masih sanggup dicerna oleh teman-teman fasilitator yang dinamis ini. Kita akhiri artikel ini dengan sedikit contoh aplikasi 3 KON ini dalam sebuah kasus. 

Mari perhatikan 3 foto berikut ini.

Kasus Pertama
Apa yang teman-teman baca dalam baliho yang dipasang di dekat lampu lalu lintas ini? Setuju, nggak jelas apa tulisannya. Saya pastikan jika kita berhenti di jalanan saat lampu sedang menyala merah, tidak ada satu manusiapun yang (berminat) bisa membaca semua deretan tulisan tadi (sampai tuntas). Kenapa? Karena amat tulisannya sangat banyak, dan kecil-kecil pula terlihatnya. Sayang ya, walau KONTEN informsi yang ingin disampaikan si penulis yaitu DPMPTSP itu mungkin penting, yakni tentang pengurusan IMB (Ijin mendirikan Bangunan), namun KONTEKSnya kurang tepat. Saya curiga format yang ditampilkan pada baliho tersebut adalah sekedar memperbesar format flyier yang aslinya seukuran kertas A4. Trus, apa tidak boleh menyampaikan info tentang IMB dengan cara seperti itu? Boleh sih bagi operator yang tidak punya KONTROL, tapi ya itu tadi, siapa yang mau baca dan (akhirnya) memahami maksud pesannya? Eh, omong-omong ada yang tahu manfaat foto karyawan di baliho ini, juga QR code yang tercantum di sana?

Konten pesan ada, tetapi ketika hal tersebut akan disampaikan melalui baliho di jalan raya, tentu perlu penyesuaian format tulisan, tata letak, ukuran dan sebagainya, termasuk sisi waktu keterbacaan oleh pembaca, yaitu pengendara yang berhenti di jalan raya sambil menunggu lampu hijau kembali. Dong ya, bahwa 3 KON itu perlu saling kerjasama?

Kini kita nikmati foto Kasus Kedua, apa yang langsung terlihat? 
Kasus Kedua
Ya, pesan yang lugas tentang “Wajib Pake Masker.” Konteks dipasang saat pandemi corona sudah tepat. Format pesan dengan gambar mencolok dan kata-kata yang singkat juga sudah sesuai dipampangkan di jembatan penyeberangan jalan. Namun ada sayangnya, tersua sesuatu yang sedikit mengganjel untuk urusan konten saudara-saudara? Apa itu? Silakan yang mau jawab bisa kirim di kolom komentar ya.

Saatnya kita masuk pada contoh ketiga, eng ing eng…. 
Kasus Ketiga
Menurut saya, produk “tulisan” ini sudah tepat konten dan konteksnya. Menyampaikan informasi tentang dengan tulisan yang “to the point” sekalipun hanya dilengkapi simbol tanpa foto seperti contoh kedua. Komposisi dan ukuran tulisanpun masih nyaman dibaca oleh pengendara yang menunggu lampu hijau.

Demikian obrolan Pos P ini saya tutup dengan harapan semoga teman-teman peserta Experiential Writing Camp II makin sadar bahwa pada saatnya nanti kita perlu membuat artikel yang taat pada 3 KON. Supaya apa? Ya supaya ada yang mbaca, dan diharapkan pesan-pesan yang hendak kita sampaikan bisa lebih mudah diterima pembaca.
Games MAKELAR, sudah sesuai 3 KON belum ya?
Bagi yang belum mengerjakan games MAKELAR, ayo disegerai, ditunggu sampai besok Senin pukul 07.17 di camp area.
Bagi teman-teman yang sudah selesai, terimakasih ya.

Brebes, Minggu 19 Juli 2020
Agustinus Susanta
Temenan (Teman Menulis Anda)







Share: