----- lanjutan dari sepakterjang pertama ----
Pos IV
POS IV saya
buat pada 1 April 2020 dengan personil 8
mentee yang berhasil menyelesaikan permainan di Pos III. Ke mana yang 6 mentee
lain dari Pos III? Ya… karena mereka memilih jalan untuk tidak melanjutkan
proses dengan cara tidak membuat artikel, ya tidak saya undang di Pos IV lah.
Pos IV
diawali dengan kondisi yang kurang ideal karena:
- Molor 3 hari dari waktu yang saya rencanakan,
- Belum semua artikel saya komentari, terutama yang baru pada ngumpul,
- Belum semua artikel terakhir yang masuk melalui revisi (ada beberapa yang sudah mengirim lagi artikel revisi pascakomentar dari mentor),
- Saya curiga sebagian artikel belum mengalami masa “inkubasi” alias pembiaran selama 1-3 hari oleh penulisnya,
- 6 teman se Pos III ada yang tidak bisa melanjutkan kebersamaan, mungkin ini bisa menciutkan mental para mentee.
Namun nggak apa-apa, apapun kondisinya, tetap
disyukuri karena dalam proses experiential
learning, tahap demi tahap tetap harus dilakoni walau dengan beberapa
intervensi atau penyesuaian yang ditolerir. Berdasarkan perenungan akan kondisi
tersebut, maka saya langsung “menggeber” mentee dengan beberapa materi selama 2
hari pertama. Materi tanggal 1 Juni 2020 yang berisi tentang: Kalimat, Contoh
kesalahan diksi, dan tautan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
Saya tetap
memotivasi mentee (yang tinggal 8 dari 17), salah satunya dengan menyatakan, “Semoga semua masih tetap semangat ya,
proses kita tinggal 4 hari lagi. Mari kita ingat saat 3 minggu lalu mengisi
kuis dan menyatakan mau ikut mentoring sampai tuntas. Jangan kecewakan diri
Anda dengan tidak menuntaskan naskah secara layak. Memang bagi sebagian orang,
menulis itu (katanya) sulit, ya....... kalo sudah dipikir sulit, ya itulah yang
akan terjadi. Namun sejatinya, proses menulis/ membuat artikel itu mencerminkan
cara kita berpikir kok. Melalui tulisan yg kita buat, kita bisa bercermin
apakah kita orang yang (sangat) praktis, muter-muter, rumit, teratur, susah
dipahami, terstruktur, konseptual, dsb...”
Gimana Pembaca, apakah cukup memotivasi? Entah
karena terharu atau tertekan, besoknya ada seorang mentee yang lalu
berkomentar, “Baru dah baca petunjuk dari mentor dengan teliti... Benar2 daging nih info nya... Saya baru menyadari ada
materi menulis yang bagus seperti ini...ππ” diikuti dengan kewaspadaan, “Benar gk mas,,, kalimatnya?”
3 Juni
2020, kegiatan mentoring diisi dengan materi “paragraf.” Kelak, 2 pelajaran
bahasa di Pos IV tersebut dan dijuduli “MENGATA-NGATAI ARTIKEL,” saya muat
ulang pada tanggal 5 Juni 2020 di sini ya
Kami
mendapat kesukacitaan karena pada tanggal 2, dan 3 Juni, ada 2 orang mentee
yang bergabung ke Pos IV ini, ditandai dengan diam-diam 2 orang tadi kirim
artikel langsung ke saya. Lha mau kirim ke mana lagi? Saya sudah tidak di Pos
III lagi, di Pos IV merekapun tidak ada. Ucapan selamat datang mengalir pada mereka berdua yang akhirnya ikut bergabung melanjutkan perjalanan mentoring.
Salah seorang mentee lama berinisiatif mengirimkan kembali di Pos IV,
materi-materi yang pernah saya sampaikan di sana. Terharu juga saya dengan
solidaritas para mentee ini. Kini 10 orang peserta mentoring siap melanjutkan
permainan yang lebih seru.
SANGKO; Permainan di Pos IV |
3 Juni 2020
Permainan Pos IV digelar usai materi “paragraf” diposkan dalam grup.
Permainan
ini bernama SANGKO, alias Saling Komentar.
Untuk
itu, tiap peserta bisa segera mengirimkan kembali artikelnya ke Pos IV ini,
baik yang sudah pernah dikirim terakhir di Pos III, atau yang sudah diedit/
revisi kembali; intinya produk terbaru lah.
Komentator
boleh nagih jika artikel belum dikirim ke Pos IV ini ya.
Setelah
artikel yang mau dikomentari muncul, silakan komentator memberi komentar
terhadap artikel tersebut khususnya terkait teknis penulisannya ya, yaitu
tentang tata bahasa/ kalimat/ paragaraf
Permainan
kita mulai sekarang dan akan berakhir pada Hari Sabtu, 6 Juni 2020 pukul 10.10.
Dalam
poster permainan, saya cantumkan juga dari 10 orang mentee siapa mengomentari
artikel siapa.
Permainan
SANGKO berlangsung seru karena tiap mentee saling terkait. Materi si A akan
dikomentari si B, sementara dia sendiri akan mengomentari artikel si F. Bagi
yang sudah mengisi 3 tahapan tadi akan mengisi lis cek dalam grup WA dalam
bentuk ikon sayur, buah ceri, dan buah pisang. Berikut beberapa cuplikan
keseruan yang terjadi di Pos IV
- Mohon dibantu dengan mencoret atau menandai dg warna berbeda untuk tata bahasa/kalimat/paragraf yang butuh diperbaiki
- Hm.... Demi Allah saya bisa fokus kalo malem kalo siang gini kan jagain kolam renang takut ada yang kelelep
- Saya momong pagi hari sampai 24.00
- Utk artikel saya, boleh di ketik langsung pake text merah ya Mas
- Pak A, artikelku punyaku gimana?
- Om B, penulisan
yang kurang pas atau salah, silahkan coret coret aja,
seperti memeriksa skripsi itu lho, π. Ditunggu komentarnya.
- Sudah saya WA Pak C feedback/komentarnya... 2 file: coretan asli (agar sesuai asli dari Pak C) dan hasil feedback nya... terima kasih boleh ikutan komentar di artikelnyaπππ
- Maaf
sebelum nya buat para senior kalau junior ini salah menilai ya ,, ππ Menurut saya secara keseluruhat artikelnya udah joss
gandos,, cuman ada beberapa yang menurut
saya kurang pas sebagai pembaca,, " Untuk sub judul menurut saya di besarin
sedikit atau di bedakan font nya aja Mas,, karna kelihatan sma dengan
deskripsinya "Untuk yang lain aku rasa ga ada kometar,,, Maaf buat para
senior klo penilaian saya ada yang salah
atau pun ada yg kurang,,
- Terimakasih yaa Mas E feedback nya,,,, bisa dipahami gk yaa tujuan tulisan? Rumit gk bahasanya?
- “Oke Om F...
komentar saya, ada kata yang saya kurang mengerti dengan pas... "mesti" apakah artinya pasti
atau meski? π btw selain itu ada typo di beberapa kata, lainnya
josss gandosπ” lalu dibalas oleh Om F, “Siap Mas Om G, Matur nuwun masukannya. Nanti tak
coba goyang gesar geser lagi ben rodo nganu.”
Itu tadi
beberapa komentar yang berseliweran di Pos IV. Sengaja saya tampilkan yang
pendek-pendek saja, walau yang panjang dan serius juga ada beberapa. Saya
sendiri tidak sempat membaca semua komentar para mentee karena ada juga yang
proses “Sangko” ini dilakukan langsung oleh komentator dan komentee (ini saya
bikin istilah sendiri, kalo peserta mentoring disebut mentee, apakah peserta
yang dikomentari disebut dengan komentee?) melalui jalur pribadi, baik email
maupun WA. Ah saya juga nggak terlalu memusingkan hal itu walau idealnya apa
yang ditulis serta dikomentarkan para mentee merupakan aktivitas yang harus
terdeteksi oleh Mentor. Saya memilih menyiapkan materi terakhir dan games
pamungkas.
Saya yakin
bahwa hasil tidak menodai proses. Artinya apa? Artinya toh di akhir proses saya
akan membaca artikel akhir tiap mentee, dari situ saya bisa menakar (selain
kompetensi penulis) kompetensi komentatornya. Jika para komentator menjalankan
fungsi dengan baik, maka pada akhir proses saya berharap tidak menemukan
(terlalu) banyak hal dalam artikel yang perlu diedit/ diperbaiki. Apakah
harapan saya akan terwujud? Sabar, tunggu cerita berikutnya ya…
5 april 2020,
sehari sebelum “Sangko” berakhir, Saya mengirimkan materi terakhir mentoring
yang berjudul “APA SIH MAUNYA TULISANMU?”
yang berisi tentang: Merangkai pengalaman, dan Mengembangkan paragraf. Saya
juga berpesan bagaimana para mentee bisa ambil posisi ketika menuliskan artikel
tentang experiential learning. Penasaran apa isinya? Silakan bisa langsung
meluncur ke sini saja
Penampakan Lis Cek SANGKO dalam satu masa Pos IV |
Sabtu 6
Juni 2020 pukul 10.10, sesuai waktu yang ditetapkan untuk menutup permainan
“Sangko,” ternyata yang terjadi adalah kebelumsesuaian kegiatan
komentar-mengomentari. Baru sebagian yang tuntas artikelnya dikomentari,
sekaligus mengomentari artikel lain. “Hmmmfh…..
molor lagi deh” begitu dalam hati saya mendesah. Namun ya gimana lagi,
inilah seni pendampingan experiential learning; kita harus siap dengan setiap
kondisi perkembangan proses, termasuk yang tidak sesuai rencana A. Berbekal
adagium “Fasilitator yang keren adalah
mereka yang bukan sukses melaksanakan Plan A, tetapi yang bisa mengeksekusi
Plan B dengan sama baiknya.” Maka saya hadapi saja kenyataan tersebut
dengan senyum… cie, melankolis banget nih mentor. Waktu permainan saya
toleransi untuk ditambah lagi; sederhana khan jalan keluarnya, he he he….
Berita duka
datang pada tanggal 6 April 2020 sore. Setelah sebelumnya memberitahu saya
secara langsung, seorang mentee pamit mengundurkan diri karena ada prioritas
kegiatan lain di luar mentoring. Ya, bagaimana lagi selain kami mengikhlaskan
kepergiannya dari (grup WA) Pos IV.
Malam hari,
saya meniup peluit peringatan pada para mentee di Pos IV, bahwa besok Minggu
pukul 08.08 Pos akan ditutup dan mereka masuk pada permainan pamungkas
mentoring, alias “Final Challenge”
Final Challenge
Minggu, 7
April 2020, tepat pukul 08.08 saya cek di Pos IV, siapa saja mentee yang (sudah
bangun) dan monitor. Ternyata baru sebagian kecil presensinya, hmmmm saya
toleransi lagi 1 jam untuk meluncurkan permainan terakhir, tepatnya sampai
pukul 09.09 WIB (Eh ada juga lho mentee yang di daerahnya pake WITeng).
Untunglah
pada sekitaran pukul 09.09 sebagian besar mentee bisa monitor Pos IV, walau ada
yang baru bangun, ada yang baru beres-beres kasur, ada yang abis sarapan, dan ada
pula yang baru dapat sinyal; he he he… seru deh. Saya mulai dengan “sedikit”
pengantar sambil mengimajinasikan saat-saat dahulu menyampaikan “Final
Challenge” pada peserta experiential learning di lapangan/ aula pertemuan.
“Setelah sebulan kita berproses dimulai dari
mengikuti sesi seminar online via zoom tentang "Yuk Menuliskan Pengalaman
Pendampinganmu." Mengisi quis, seleksi peserta, masuk ke sesi Mentoring
dengan beberapa Pos di dalamnya, kini sampailah kita pada penghujung sesi
Mentoring ini. Saya ucapkan selamat karena Teman-teman kini sudah berhasil
menulis artikel (terbaru) yang berbasis pada pengalaman pendampingan. Kita akan
manfaatkan itu lebih jauh guna menginspirasi lebih banyak orang, khususnya
teman-teman Fasel lain. Seumumnya program pengembangan tim dalam yang dikemas
ala EL, maka setelan aneka kegiatan/ permainan/ penugasan individu dan kelompok
kecil. Tahap akhir proses ditandai dengan pryek bersama semua peserta; ada yang
menyebutnya dengan proyek akhir, final project, atau final challenge. Ya,
apapun sebutannya, dalam tahap tersebut, kelompok besar "ditantang"
untuk menyelesaikan sesuatu yang melibatkan potensi dan kontribusi aktif semua
anggota tim. Keberhasilan final challenge bukan melulu sekedar ketercapaian
target, namun juga bentuk perwujudan soliditas tim setelah menempuh proses.
Inisiator kegiatan kita ini adalah DPP AELI melalui bidang Litbang; kebetulan
Mas Rangga, salah satu anggota tim kita ada di dalamnya. Saya sendiri hanya
ditodong oleh DPP untuk memfasilitasi program ini. Omong-omong, eh,
tulis-tulis, adakah yang tahu, kapan AELI berulang tahun?”
Lalu ada
mente yang njawab “Tanggal 9 Juni dong”
Saya lalu
melanjutkan pengantar, ”Ya, tanggal 9
Juni lusa, AELI akan berulang tahun, tepatnya yang ke-13. Final Challenge kita
erat terkait dengan momentum Ultah tersebut. Kita akan mempublikasikan artikel
tulisan kita sebagai bentuk hadiah Ultah ke-13 AELI. Itulah Final Challenge
kita.” Lalu jeng jeng jeng…. Saya poskan poster “Final Challenge” tersebut,
tanpa bisa tahu respon / ekspresi para mentee.
Poster Final Project / FC kelas mentoring |
“Saya akan menyampaikan beberapa gagasan
prinsipnya, selanjutnya nanti silakan bagaimana teman-teman mengeksekusinya,
itulah permainan terakhir kita.” Selanjutnya saya menyampaikan beberapa hal terkait penerbitan tersebut,
semisal mengenai publikator, format terbitan, isi terbitan, latar belakang,
serta usulan tim kreatif penerbit. Saya juga sertakan 3 contoh terbitan yang
pernah dibuat AELI 7 tahun sebelumnya, salah satunya diulas di http://catatanpenggiatoutbound.blogspot.com/2013/04/berambut-gondrong-pakaian-dekil-dan.html.
Para mentee
antusias menyambut Final Challenge tadi (selanjutnya saya singkat dengan FC
saja ya), itu saya simpulkan dari beberapa komentar, semisal:
- Idenya keren sekali Mas @Agustinus Susanta dan Kak @EL Rangga. Sya mendukung penuh ide ini dan sangat mengijinkan artikel sya di-publish. Tentunya dengan catatan bahwa nanti akan diedit, direvisi, dan diedit lg sama editor naskah agar lbh caem dan asyik.
- Jika ada pembagian kerja, sya siap menjadi bagian dr tim pencari sponsor.
- Mantap ππΌπͺ
- Klo menurut saya jadi 1 Ebook saja : Persembahan spesial 13th AELI + Inspirasi di Masa Pandemi. Seperti buku yg dikeluarkan pas event Kopdarnas Jogja 2016.
- Kalo boleh minta posisi sepertinya saya di editor naskah saja. Bisa kerjanya malem soalnya, pas sepi✌π½π
- Klo disepakati , kita langsung gerak, hari ini : 1. Semua penulis mengirimkan tulisan ke Folder Google Drive. 2. Tim desain dan tata letak mulai membuat desain dasar. 3. Tim Sponsor langsung gerak juga. 4. konsep event soft launching nya. 5. Editor mulai melakukan review semua tulisan.
- Saya ikut siap support
Saya lalu
nama grup Pos IV dan mengganti ikon menjadi tema “The Final Challenge” lengkap
dengan posternya. Namun saya juga dengan berat hati mengeluarkan 1 mentee yang
tidak menyelesaikan permainan “Sangko.” Jadi secara resmi hanya 8 mentee yang
bermain di FC. Tetap Semangat!
Dalam
khazanah pedampingan kegiatan experiential learning, inilah saat sebuah
kelompok masuk tahap “performing” setelah sebelumnya melalui 3 fase “forming,
storming, dan norming.” Ini adalah permainan mereka, tantangan yang harus
dicapai, dan harus terpersiapkan hanya dalam waktu 2 hari. Saya membiarkan
teman-teman mentee berproses dengan membatasi diri untuk tidak berkomentar.
Kecuali ada hal yang langsung ditujukan pada misal, ada yang minta saya jadi
editor, dan langsung saya jawab saya bantu jadi asisten editor saja, karena
sebaiknya editor dari peserta, apalagi sudah ada yang menyediakan diri.
Karena FC
terkait dengan AELI, maka saya minta tolong Mas Rangga untuk memasukkan pula ke
grup, beberapa person DPP yang terkait dengan program FC mentoring ini, supaya
koordinasi lebih lancar. Ada 4 person DPP yang lalu ikut terlibat dalam FC
kami, termasuk Sekretaris Jenderal DPP AELI.
Sore belalu
ke malam, diskusi dalam grup FC terus berlangsung simultan, sampai ada
inisiatif dari salah satu peserta untuk mengadakan sesi “zoom” guna
mendiskusikan FC secara lebih langsung. Ide dadakan ini berlangsung hampir 1,5
jam lamanya sampai menjelang dini hari, diikuti 5 mentee dan 1 mentor. Poin
yang kami bahas adalah:
- Design & Layout Ebook
- Strategi Sponsorship
- Usulan penggunaan dana hasil Sponsorship
- What next Mentoring Menulis?
- Launching Moment
Tidak perlu
saya sampaikan di sini ya apa isi pembahasan tersebut, biarlah itu menjadi
kenangan kami saja, he he he… Yang jelas, sebagai mentor, saya bangga terhadap
semangat para mentee yang dengan potensi serta inisiatif tabah sekaligus
kreatif dalam mengeksekusi FC; zoom dadakan contohnya.
Tabir keseriusan para mentee mengerjakan FC, dibela-belain zoom dadakan malam hari. |
Usai
berzoomria saya yakin beberapa mentee masih melanjutkan otak atik ini itu
urusan FC. Saya sendiri lalu mengedit artikel terpanjang dalam proses mentoring
ini. Ya, mengedit secara harafiah; saya pelototi kata demi kalimat demi
paragraf sampai 5000an kata dalam belasan lembar halaman. Jika ada yang nurut
saya salah, segera dibetulkan. Jika ada kata/ kalimat yang kurang efektif,
segera saya efektifkan. Mana yang perlu dihilangkan ya saya coret, mana kata
hubung yang diperlukan saya tambahkan. Namanya editor, ya itulah tugasnya. Pada
saat itu, ketika besok artikel harus siap terbit, saya tidak bisa sekedar
berkomentar bahwa ini keliru, itu kurang efektif, paragraf ini begini dan
begitu.
Besoknya,
hari Senin, 8 Juni 2020, sehari sebelum kami ngasih kado ultah AELI berupa
terbitan antologi artikel, teman-teman mentee terus berproses memersiapkan FC
dengan aneka koordinasi, baik sesama mentee, maupun dengan pihak asosiasi. Saya
sendiri sebagai asisten “editor kepala,” (begitu sebutan gurauan saya pada
mentee yang menyediakan diri jadi editor)
seharian dari pagi sampai malam maraton menyelesaikan proses editing
pada 7 artikel. Lho, kok hanya 7 artikel, khan ada 8 penulis, Iya, yang Edior
kepala sengaja tidak saya edit, masa tulisan editor kepala diedit oleh asisten
editor? he he he…. Namun pada dasarnya saya baca artikelnya sih tidak ada hal
signifikan yang mengganggu sehingga perlu perbaikan.
Selain
memerbaiki hal-hal yang salah atau kurang efektif, saya ngasih komentar juga
pada para penulis untuk menyelesaikan poin-poin yang nurut saya menjadi domain
penulis untuk menuntaskannya. Tiap artikel saya edit dalam waktu bervariasi,
mulai dari setengah jam sampai 2 jam, tergantung tingkat “keparahan” artikel,
terutama dalam urusan penulisan atau kebahasaan. Mengenai urusan tema dan alur,
rata-rata sudah bagus. Gimana nggak bagus, kalo sudah sebulan ikut mentoring
tetapi urusan alur materi masih jeblok, berarti mentornya yang nggak becus, itu
prinsip saya.
“Jika para komentator menjalankan fungsi dengan
baik, maka pada akhir proses saya berharap tidak menemukan (terlalu) banyak hal
dalam artikel yang perlu diedit/ diperbaiki. Apakah harapan saya akan terwujud?”
Masih ingat
dengan pertanyaan tersebut? Ternyata jawabnya adalah terwujud sebagian. Saya
masih perlu kerja keras dalam hal mengedit artikel, artinya para komentator
belum maksimal dalam berkomentar terhadap artikel, atau para penulis yang
kurang serius memerbaiki artikel sesuai komentar komentator. Ah, saya tidak
tahu persis karena memang tidak mengikuti secara intens tiap komentator;
resiko. Namun saya tidak berbagi kegelisahan tersebut dengan para penulis dan
komentator, karena saat itu mereka pasti juga sedang kerja keras mengejar
tenggat penerbitan karya.
Informasi
yang kami terima, pihak DPP AELI akan melangsungkan siaran langsung terkait
Ulang Tahunnya, pada hari Selasa 9 Juni 2020, pukul 15.00 – 17.00. Dalam salah
satu sesinya, mereka akan memberi kesempatan pada tim penulis untuk presentasi
terkait program mentoring, dan lebih penting lagi adalah hasil FC berupa ebook
yang dipersembahkan untuk asosiasi. Hal itulah yang membuat kami makin
bergairah melakukan koordinasi dalam kesempatan yang makin terbatas. Ada yang
sibuk mencari iklan buku yang diistilahkan sebagai donasi, ada yang sibuk bikin
format ebook, ada yang mulai bikin materi promosi, sementara secara pribadi ada
penulis yang harus membuat revisi artikel berdasar komentar mentor. Artikel
yang sudah siap naik cetak harus dikirim kembali ke bagian tataletak dengan
mengirim dalam file berbeda tiap foto/ gambar yang menyertainya. Ketika satu
proof/ contoh ebook dikirim ke grup, langsung dikomentari, jadinya gini lah,
kurang inilah, masih ada salah itu lah, dan sebagainya. Untung mentee bagian
layout orangnya cekatan namun sabar sehingga tidak emosian. Dia revisi lagi,
dikirim, dan…. Dikomentari lagi. Demikian sampai hari ini 12 Juni 2020, saat saya
nulis artikel ini, tampaknya baru kelar ebook kami,. Pokokke seru deh dinamika
kami, setidaknya yang tercermin melalui grup WA.
Kampanye pencarian donasi yang digagas para Penulis |
Experiential Learning yang Sebaiknya Anda Tahu
9 Juni 2020,
tepat pada hari ulang tahun ke-13 AELI, kami di grup “The Final Challenge”
makin intens melakukan penyempurnaan ebook, termasuk makin getol nyari iklan. Sementara itu pagi hari masih ada tercecer 1
artikel yang belum disempurnakan oleh penulisnya, padahal sore sudah mau serah
terima. Sambutan dari DPP belum masuk, saya juga ternyata diminta nulis sekapur
sirih. Para donatur juga masih diklarifikasi mana yang sudah bayar dan kirim
logo perusahaan. Jangan sampailah ada yang sudah kirim donasi, tetapi iklannya
tercecer; bahaya itu.
Melalui
proses FC, saya juga belajar tentang urusan ebook. Saya pikir membuat ebook itu
sekedar merubah tulisan format file “words” menjadi format “pdf,” ya selugu itu
pemikiran mentor kegiatan ini, ha ha ha… Ternyata, ada aplikasi khusus untuk
merancang pembuatan ebook, yang pembacaannya bisa juga menggunakan berbagai
aplikasi “reader,” baru tahu saya. Urusan inilah yang dalam 2 hari terakhir
menggemaskan kami. Jadi gini ceritanya. Tim lay-out ebook kan sudah bikin
format ebook melalui laptop yang bersangkutan. Saat file sudah jadi, dikirim ke
grup lalu dikomentari. Lha, ternyata beda media dan aplikasi baca bisa
membedakan tampilan lembar-demi lembar ebooknya lho. Misal, ketika saya buka
contoh ebook via handphone dengan aplikasi tertentu, tampilannya beda dengan
mente lain yang buka di laptop dengan aplikasi yang sama, apalagi yang beda.
Untunglah dalam masa yang makin menciut, kami tetap intens mengoordinasikan
kesebelan kolektif kami terkait format ebook. Suatu pengalaman yang seru.
Pukul 15.00
acara Ultah AELI yang dihadiri jajaran pengurus pusat dimulai, serta disiarkan
secara langsung via zoom. Acara demi acara berlangsung lancar menuju waktu tim
mentoring harus serah terima ebook. Padahal, dalam grup WA, kami masih kedebugan
menuntaskan produk FC. Akhirnya beberapa menit sebelum sesi serah terima, usai
juga ebook kami. Salah satu penulis mewakili kami menyampaikan presentasi
tentang proses mentoring dan penyerahan ebook berjudul “Experiential Learning
yang Sebaiknya Anda Tahu” Ada kelegaan yang kami rasakan, sekaligus kebanggaan
ketika target FC tercapai. Malam itu kami saling berbagi komentar, sembari
tetap mengerjakan beberapa bagian ebook yang ternyata perlu diedit lagi.
Berikut ini beberapa komentar yang terlontar:
- Sukses untuk launching... luar biasa ... kita bersama bisa menyelesaikan. Om @Agus Supriyo kerennn layout nya Tinggal coach @Agustinus Susanta mengumumkan kelulusan dan memberikan closing statement di grup ini ya
- Kereen temen temen dan saya ikut keren, Sayang saya gak bisa gabung di zoom
- Prosesnya amazing .... EL bangeett
- Mau ngetik banyak ucapan terimakasih. Tapi
meskipun ketik apresiasi sebanyak Profil Bang Rahman, rasanya masih blm bisa mewakili
rasa senang, rasa Bangga bisa berdinamika bersama orang2 hebat & pro aktif ini. Ini yg saya bilang high
Impact Easiest To Do...Tp saya yakin buat bbrp orang ini gk easy,,, bahkan
masih di repotkan hingga malam iniπππ
Besar banget,, harapan saya & juga teman2
semua,, Mentoring Menulis ini bisa terus
berlanjut hingga jadi club'
- Pesan Coach @Agustinus Susanta , yang paling
nyentil saya pas di Pos 3. Tugas saya di Pos 3, sebenarnya belum selesai, baru
sampai Bagian Pembuka (4 halaman), lalu, H+1 sejak Pos 3 ditutup, ternyata
diajak ke Pos 4 dan terpaksa harus ngebut ngejar ketinggalan , gak nyangka
akhirnya bs jadi 24 halaman π
. Makasih Coach dan semua teman2 yang saling menyemangati. Tema tulisan
sendiri, jadi saya terapin langsung di proses menulis ini , masa sih gak bisa
nyampe puncak... EL bgt dah
- Siap ikutan belajar lagi.
- Saya juga sudah telat 3 hari di pos 3 .... π
tapi Alhamdulillah bisa nyusul juga.
- Alhamdulillah,,, semoga launching awal ini, jadi pemantik bagus. kalau di Design Thinking, start small giving values to customer. Jangan mau nya yang grande/ ide mercusuar, tapi lama kasih value ke customer. Nanti kita lihat, respon/ feedback dari pembaca/pengiklan di ebook... masukan mereka sangat-sangat berarti... Misal, kalo mayoritas suara mengatakan lebih suka dibuat format Android Apps, jadi kapan pun bisa akses di playstore. Klo bosen tinggal uninstall. Atau format Blogger. Ya itu yang akan kita penuhi...
- Terimakasih banyak buat teman-teman yang gercep (gerak cepat) banget kerjanya di sesi FC,, Karena dibatasi
(time box) yaa.ππ
Terimakasih kesediaan, untuk tidur lebih lama untuk menyiapkan yg
terbaik... Menatap laptop lebih lama untuk membantu tim agar mencapai progres.
Bahkan Mentor pun mantengin laptop buat edit dengan jeli... Ah top lah.
- Terimakasih Banget buat Mas Agustinus,,, semoga
karya nya lekat selama AELI ada & terus support banyak orang utk jadi
mentor menulis , terutama di AELI ππππππ... Yg saya suka juga, moment ini lintas DPD.
Babak Tambahan Waktu
Rabu 10
Juni 2020, pagi pagi ada penulis yang kirim kabar beserta bukti, bahwa ada
calon donatur yang sudah transfer dana untuk ikut partisipasi dalam ebook.
Kabar yang bikin gimanaaa… gitu, soalnya ebook khan sudah jadi, walau belum
diserahterimakan pada AELI. Kami lalu sepakat bahwa ebook masih bisa
diperbaharui lagi.
Mungkin yang bikin donatur luluh hatinya sehingga ikut berpartisipasi dalam gerakan Writing Camp AELI |
Saya
sebagai mentor lalu memberi pengantar begini. “Jadi konteksnya gini ya teman-teman semua. 1. Sebenarnya proses
mentoring sudah selesai dengan dibuatnya ebook; namun ternyata ada beberapa
umpanbalik terhadap ebook tersebut, termasuk masih ada donasi masuk. 2. Ebook
perlu dibuatkan strategi sosialisasi/ woro-woroisasi yang baik (baik dalam arti
tidah harus mewah-megah & rumit, sederhana saja, tapi memang dipersiapkan
sungguh). Jadi saya berharap jika memang teman-teman masih berkenan, kita
tuntaskan urusan Penerbitan ebook ini (bukan penulisan lho), serahkan kado pada
DPP, bantu sosialisasi kemanfaatan ebook, lalu kita "tutup buku"
tahap mentoring ini. Seandainya ada rumor untuk meningkatkan/ melanjutkan/
menyebarkan gerakan menulis artikel EL lebih lanjut, ya kita "buka
buku" lagi lah... Ibarat permainan sepak bola nih, saat kemarin kita
sampaikan ebook ke DPP, kesebelasan kita sudah dalam posisi unggul nih, siap
menang. Eee... ternyata kita kebobolan 1 gol dengan beberapa feedback dari kita
sendiri/ calon pembaca, termasuk ada iklan lagi masuk. Priiittt..... peluit
tanda pertandingan dalam waktu normal pun ditiup; kemenangan yang sudah di
depan mata tertunda karena kedudukan seri. Kini saatnya kita mainkan babak
tambahan waktu untuk mencetak gol lagi dan memenangkan pertandingan. Sudah
siap bertanding lagi teman-tman?”
Dalam babak
tambahan waktu, fokus kami adalah membuat materi sosialisasi keberadaan dan
kemanfaatan ebook. Semangat kami terdongkrak juga ketika ada pihak yang
menyatakan, “Kalau ebook ini dah jadi,
Saya bersedia jadi penerbit. Bentuk hard paper masih jd rujukan. Jd minimal di
meja meja orang HR atau Pemerhati EL Buku tersebut ada.” Sungguh suatu
angin segar ketika tenaga kami sebenarnya sudah berkurang saat masuk babak
tambahan waktu.
Injury Time
Seperti
halnya permainan sepak bola, masa tambahan waktu tentu ada akhirnya. Saya
menyadari bahwa proses mentoring pasti akan ada selesainya. Nah, proses
penulisan kami walau sudah mencapai puncak, namun masih menyisakan beberapa hal
yang belum matang terkait strategi sosialisasi dan koordinasi/
pertanggungjawaban donasi. Maka pada hari kamis, 11 Juni 2020 pukl 6 pagi saya
sampaikan pengumuman.
“Dengan
telah terselesaikannya Ebook, baik dalam bentuk Epub maupun PDF, maka usai
sudah perjumpaan kita di kelas ini ya.Silakan Mas Rangga sebagai
"perantara" kami dengan DPP untuk bisa menyampaikan hasil karya kita.
Saya akan membubarkan grup ini pukul 12.12 nanti siang. Jika masih ada hal-hal
yang perlu dikoordinasikan (misalnya pendapatan iklan yang perlu disinkronkan dengan
DPP, atau strategi woro-woroisasi
artikel) teman-teman masih ada waktu obrolkan sekitar 6 jam lagi di grup ini. Terimakasih
atas kebersamaannya, mohon maaf jika ada kesalahan dan khilaf yang saya
perbuat; baik yang tidak disengaja, maupun sangat tidak disengaja. Ditunggu
karya-karya artikel berikutnya ya,”
Para
teman-teman penulis lalu bergiat lagi sampai menelurkan usulan resensi yang
bagus semacam ini.
AYO
BELAJAR DARI SIMPUL DELAPAN
Buku
antalogi yang berjudul “Simpul Delapan” ini merupakan untaian kisah, ilmu dan
inspirasi dari para Fasilitator Experiential Learning yang bernaung di Asosiasi
Experiential Learning Indonesia (AELI). Penulisan buku ini diawali dari kelas
menulis yang diselenggarakan oleh AELI, hingga kemudian, dilanjutkan dalam
proses mentoring selama 34 hari yang difasilitasi oleh Agustinus Susanta dengan
sangat menarik, sampai akhirnya berhasil menyimpulkan 8 artikel dari 8 orang
dalam sebuah buku, yang dipersembahkan dalam rangka memperingati ulang tahun
ke-13 AELI pada 9 Juni 2020. Semua artikel akan menceritakan keseruan
pengalaman penulis selama menjalankan program experiential learning, tentunya
dengan bumbu-bumbu ilmu dari experiential learning itu sendiri. Bagi Anda para
praktisi dan pemerhati experiential learning atau pembelajaran berbasis
pengalaman, buku ini wajib Anda miliki dan baca, untuk menambah khasanah Anda
mengenai experiential learning.
Dalam
buku ini, 8 orang menceritakan kisahnya yang beraneka ragam dengan sangat apik,
ada Ardian Rangga dari Bengkulu yang berbagi tentang Design Thinking dan
kaitannya dengan Experiential Learning, ada Rahman Mukhlis dari Jakarta yang
berbagi pengalamannya menggapai 7 Puncak Tertinggi Indonesia dan kaitannya
dengan Penguasaan Pola Pikir Pendaki dalam menghadapi tantangan kehidupan, Ada
Agus Supriyo dari Jogja yang berbagi tentang Media Online sebagai Alternatif
Baru Penyelenggaraan Program Experiential Learning, ada Dian “Aconk” Wibowo
dari Jogja yang berbagi kisah tentang Optimalisasi Kemampuan Empati dalam
Proses Fasilitasi Program Experiential Learning, ada Gonny T. Wicaksono dari
Sumatera Selatan yang berbagi kisah bagaimana Mendapatkan The Best Impact dalam
kegiatan Experiential learning melalui Observasi, ada Herman Lesmana dari
Makassar yang berbagi tentang proses Membangun Tim melalui Aktivitas Archery
Combat, ada Arif Musa dari Jawa Tengah yang berbagi tentang aktivitas Rope
Access sebagai media Program Experiential Learning dan terakhir ada Al Agus Dwi
Santoso dari Jawa Tengah yang berbagi kisah tentang Program Dolan Desa yang
Memajukan Desaku.
Mengutip
sambutan Ketua Umum AELI, Nur Fahmi, dalam buku ini, bahwa “ Buku elektronik
(e-book) AELI dalam pusaran pandemi, merupakan karya nyata Anggota AELI yang
berusaha untuk terus berkarya bagi perkembangan Experiential Learning di
Indonesia. Selamat menikmati dan menyelami buah pikir yang menjadi karya dari
sesama praktisi Experiential Learning Indonesia. Semoga langkah kecil ini dapat
memberikan inspirasi untuk kita semua. SELAMAT MEMBACA !
Siang itu
juga, muncul pula komentar dari salah satu penulis yang membuat saya bimbang
untuk membubarkan grup, begini bunyinya, “Pak
mentor @Agustinus Susanta mohon di ulur di jam cantik yang berikutnya ya”
Mengingat bahwa salah satu ciri mentoring, seperti tersebut pada awal artikel
ini adalah “Menimbulkan berbagai hubungan pendampingan jangka panjang antara
mentee dan mentor,” maka alih-alih membubarkan grup mentoring pada pukul 12.12.
Saya menganugerahkan masa Injury Time.
Dalam pertandingan sepak bola, ini berarti perpanjangan waktu yang dilakukan
sebagai pengganti waktu yang hilang akibat tertundanya permainan berupa
pelanggaran-pelanggaran atau peristiwa lain yang mengganggu pertandingan. Jadi
misal waktu normal pertandingan sudah selesai, tetapi karena ada beberapa hal
tadi, wasit memutuskan ada tambahan waktu sekian menit sebelum peluit akhir
tanda pertandingan selesai.
Dalam masa
Injury time itu pula, muncul satu lagi usulan materi promosi berupa tulisan
pendek begini
Menjadi Fasilitator Experiential learning merupakan salah satu anugerah
indah dari sekian anugerah indah lain yang Tuhan berikan kepada kita. Kita
diberi kesempatan melakukan sebuah pekerjaan sekaligus kita juga dituntut
belajar dan selalu mengembangkan diri.
Berawal dari sebuah kelas menulis yang diselenggarakan oleh AELI (
Asosiasi Experiential Learning Indonesia) dan setelah berdinamika selama 34
hari dengan basic pengalaman dan skill yang dimiliki oleh 8 peserta yang
tentunya berbeda beda didampingi 1 orang mentor,
Tepat saat AELI di usia ke 13 tahun, kelas tersebut mampu menggali
sekian pengalaman dari masing masing anggota dalam kelas menulis dan di
tuangkan dalam buku ini.
Pengalaman yang mungkin sangat bermanfaat bagi kita semua, bagaimana menguasai
tehnologi, bagaimana menguasai diri, bagaimana menyiapkan sebuah kegiatan
fasilitasi dengan penguasaan materi dan berbagai media sehingga menghasilkan
dampak yang akurat, sampai beride tentang bagaimana kegiatan kita punya dampak
positip yang lebih bagi lingkungan masyarakat
Eee…. Masih
muncul lagi media sosialisasi berupa cuplikan video animasi 34 detik yang
mengabarkan tentang keberadaan ebook kami. Saya belum tahu bagaimana nanti
teman-teman penulis akan menyinkronkan aneka media promosi tadi, saya percaya,
mereka punya kreasi, bahkan yang tidak saya duga.
Kini masa injury time selesai, proses mentoring berakhir
sudah. Barangkali ada ketidaksempurnaan saat kami menulis, mohon bisa
dimaklumi, karena bagi sebagian dari kami, menulis secara terstruktur dan
terencana adalah hal yang sama sekali baru. Semoga persembahan kami ini bisa
menjadi inspirasi bagi teman-teman fasilitator yang lain untuk bisa menuliskan
pengalaman pendampingannya dalam bentuk artikel. Kami menyadari bahwa teknik
menulis adalah sekadar alat, namun yang lebih penting lagi adalah kemauan untuk
mau belajar dari pengalaman kita sendiri, dan semangat untuk memberi inspirasi
pada orang lain. Aneka teori dan teknik menulis hanyalah sarana yang digunakan
oleh kami untuk menstrukturkan cara pikir dan logika berpikir kami. Hal penting
itulah sebetulnya yang sangat bermanfaat bagi kami untuk saatnya nanti beraksi lagi melakukan pendampingan
pendampingan experiential learning di
masa mendatang.
Sekali lagi, terimakasih para mentee yang kini sudah lulus menjadi Penulis versi Writingcamp AELI angkatan I. Maturnuwun untuk teman-teman dari DPP AELI yang sudah mendukung kami. Terimakasih untuk para donatur; semoga Writingcamp berikutnya bisa lebih berdayaguna. Terimakasih para Pembaca.
Untuk teman-teman Fasilitator lainnya, ditunggu di petualangan berikutnya.
Sekali lagi, terimakasih para mentee yang kini sudah lulus menjadi Penulis versi Writingcamp AELI angkatan I. Maturnuwun untuk teman-teman dari DPP AELI yang sudah mendukung kami. Terimakasih untuk para donatur; semoga Writingcamp berikutnya bisa lebih berdayaguna. Terimakasih para Pembaca.
Untuk teman-teman Fasilitator lainnya, ditunggu di petualangan berikutnya.
Brebes, 12 Juni 2020
Agustinus Susanta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar