Karakter Pendidikan berbasis Pengalaman
Semua
orang membutuhkan buah dari pengalaman, namun tidak setiap orang harus
mengalami pengalaman tersebut. Untuk itulah ilmu pedagogi ada, untuk
mentransfer makna/ buah pengalaman (orang lain).
Prinsip
pendidikan berbasis pengalaman adalah menggabungkan 3 hal dalam sebuah program/
proses pembelajaran, yaitu unsur fisik/ psikomotorik, emosi/ psikologis, dan intelektual/nalar/
pengetahuan. Artinya, peserta didik memang harus melakukan kegiatan secara
fisik, emosinya ikut terlibat, namun tetap ada unsur penalaran/ analisis di
dalalamnya. Biasanya, peserta didik dibawa pada kondisi di luar kebiasaannya,
masuk dalam suasana ketidaknyamanan sehingga tiga hal tadi dapat tereksplorasi
secara maksimal.
Bagaimana
Pendidikan Pengalaman dilaksanakan? Ada 4 pentahapan dalam metode tersebut,
yaitu:
- Peserta didik MENGALAMI sendiri pengalaman nyata,
- Pengalaman tersebut DIREFLEKSIKAN,
- Peserta didik mengambil MAKNA atau MANFAAT dari pengalaman yang direfleksikan tadi, lalu
- Peserta MENERAPKAN makna atau manfaat tersebut dalam kesehariannya.
Pendidikan
Pengalaman sendiri dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan hal yang ingin
dirubah/ dikembangkan pada peserta didik, yaitu:
- Rekreasional, dengan fokus merubah perasaan; misal peserta didik yang awalnya merasa jenuh/ bosan menjadi bergairah/ bersemangat.
- Edukasional, dengan fokus merubah cara berpikir peserta didik; biasanya dilakukan dengan praktik,observasi dan refleksi.
- Developmental, dengan fokus merubah prilaku/ kebiasaan; misalnya pengalaman yang direfleksikan, serta dimaknai bisa sampai memengaruhi sikap peserta didik ketika kembali ke sekolah/ rumah.
- Terapi, dengan fokus merubah resistensi peserta didik, misalnya dalam hal pemikiran atau kebiasaan yang ingin ditinggalkan.
Mengapa Pendidikan
Pengalaman efektif sebagai metode pembelajaran, khususnya dalam upaya
pengembangan karakter? Berikut ini 7 aspek yang berbeda antara pendidikan
tradisional dengan pendidikan pengalaman.
1
|
Inisiatif
utama
|
Guru
|
Individu
|
2
|
Kebebasan
|
Banyak
aturan
|
Ekspresif,
bebas
|
3
|
Sumber
belajar
|
Buku
dan guru
|
Pengalaman
(diri, teman, lingkungan)
|
4
|
Perolehan
ketrampilan
|
Indoktrinasi
|
Berdasar
kebutuhan untuk diaplikasikan
|
5
|
Prospek
hasil
|
Cenderung
untuk masa depan saja
|
Untuk
saat ini dan masa depan
|
6
|
Materi
|
Cenderung
tetap
|
Ikut
perkembangan
|
7
|
Komunikasi
|
Satu
arah
|
Dua
arah
|
Bagaimana
pengalaman dimaknakan? Ternyata ada 7 metode yang terus berkembang sejak tahun
40an, dan yang paling terkenal adalah Debriefing/ pemaknaan di akhir proses.
Sekedar menyebut metode yang lain, ada pula makna yang disampaikan justru
sebelum peserta didik melakukan/ mengalami “pengalaman”
Pendidikan pengalaman melalui media "pembuatan Pempek Palembang" |
Mengapa Pendidikan Pengalaman Perlu Segera dipopulerkan di Indonesia?
Ada
beberapa alasan mengapa metode pendidikan pengalaman perlu segera dipopulerkan
dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam upaya mengembangkan
karakter peserta didik.
- Metode Pendidikan Pengalaman sudah lebih dari 1 abad berlangsung, dan tentunya telah banyak kajian keilmuannya. Jadi kita harus yakin, bahwa selalu ada landasan keilmuan/ilmiah dalam tiap ragam metode pendidikan pengalaman.
- Metode Pendidikan Pengalaman sangat fleksibel dan menyenangkan digunakan pada semua rentang usia, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Apalagi jika pendekatannya melalui permainan. Hal ini bisa menjadi solusi guna membelajarkan orang-orang dewasa; maklum, budaya Indonesia masih kental dengan sopan santun dan rasa “segan” terhadap orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya
- Alam Indonesia yang kaya dengan bentang alam serta seni budayanya yang sangat beragam bisa menjadi materi yang tak akan habis digali sebagai sumber “pengalaman” bagi peserta didik. Hal ini akan menjadi “kawah candradimuka” bagi pengembangan mental manusia-manusia muda Indonesia.
- Metode Pendidikan Pengalaman bisa memerkuat metode pendidikan tradisional, atau apa pun metode yang sedang menjadi kebijakan negara. Artinya, untuk materi-materi pembelajaran yang efektif dilakukan dengan pedagogi, silakan dilanjutkan. Mana yang sebenarnya efektif dengan andragogi juga pendidikan pengalaman, kita harus berani mencobanya.
- Indonesia sudah memunyai asosiasi bagi lembaga/ individu yang bergiat di Pendidikan Pengalaman, yaitu AELI. Hal ini akan memudahkan proses saling belajar terkait keilmuan maupun praksis pelaksanaan metode experiential learning.
- Melalui sertifikasi profesi, pemerintah sudah mengakui bahwa pemandu outbound adalah keahlian yang harus bisa dipertanggungjawabkan, termasuk dalam hal keilmuannya. Artinya, pemerintah mulai mengakui bahwa Pendidikan Pengalaman itu “sesuatu yang bernas” sehingga perlu dibuat regulasinya.
Akhirnya, mari kita makin terbuka dan kreatif
dalam upaya memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Ketika ada metode
yang sebenarnya sudah teruji dan efektif digunakan, kenapa tidak kita coba? Experiential learning atau pendidikan
pengalaman, atau populer dengan istilah outbound
patut kita pertimbangkan secara serius sebagai salah satu metode pendidikan
karakter bangsa. Belajar dengan bermaian, apalagi bertualang, Wow, pasti seru!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar