Yuk membelajarkan diri melalui pengalaman asyik Outbound/ penjelajahan asyik.


Pendidikan Berbasis Petualangan (2/2)

Karakter Pendidikan berbasis Pengalaman

Semua orang membutuhkan buah dari pengalaman, namun tidak setiap orang harus mengalami pengalaman tersebut. Untuk itulah ilmu pedagogi ada, untuk mentransfer makna/ buah pengalaman (orang lain).
Prinsip pendidikan berbasis pengalaman adalah menggabungkan 3 hal dalam sebuah program/ proses pembelajaran, yaitu unsur fisik/ psikomotorik, emosi/ psikologis, dan intelektual/nalar/ pengetahuan. Artinya, peserta didik memang harus melakukan kegiatan secara fisik, emosinya ikut terlibat, namun tetap ada unsur penalaran/ analisis di dalalamnya. Biasanya, peserta didik dibawa pada kondisi di luar kebiasaannya, masuk dalam suasana ketidaknyamanan sehingga tiga hal tadi dapat tereksplorasi secara maksimal.

Bagaimana Pendidikan Pengalaman dilaksanakan? Ada 4 pentahapan dalam metode tersebut, yaitu:
  1. Peserta didik MENGALAMI sendiri pengalaman nyata,
  2. Pengalaman tersebut DIREFLEKSIKAN,
  3. Peserta didik mengambil MAKNA atau MANFAAT dari pengalaman yang direfleksikan tadi, lalu
  4. Peserta MENERAPKAN makna atau manfaat tersebut dalam kesehariannya.


Pendidikan Pengalaman sendiri dibagi menjadi 4 kategori berdasarkan hal yang ingin dirubah/ dikembangkan pada peserta didik, yaitu:
  1. Rekreasional, dengan fokus merubah perasaan; misal peserta didik yang awalnya merasa jenuh/ bosan menjadi bergairah/ bersemangat.
  2. Edukasional, dengan fokus merubah cara berpikir peserta didik; biasanya dilakukan dengan praktik,observasi dan refleksi.
  3. Developmental, dengan fokus merubah prilaku/ kebiasaan; misalnya pengalaman yang direfleksikan, serta dimaknai bisa sampai memengaruhi sikap peserta didik ketika kembali ke sekolah/ rumah.
  4. Terapi, dengan fokus merubah resistensi peserta didik, misalnya dalam hal pemikiran atau kebiasaan yang ingin ditinggalkan.
4 kategori Pendidikan Pengalaman tersebut tentu saja berbeda dalam metodologinya, sehingga porsi 4 tahap Pendidikan Pengalaman akan disesuaikan sesuai tujuan pembelajarannya.

Mengapa Pendidikan Pengalaman efektif sebagai metode pembelajaran, khususnya dalam upaya pengembangan karakter? Berikut ini 7 aspek yang berbeda antara pendidikan tradisional dengan pendidikan pengalaman.

            1
Inisiatif utama
Guru
Individu
               2
Kebebasan
Banyak aturan
Ekspresif, bebas
                3
Sumber belajar
Buku dan guru
Pengalaman (diri, teman, lingkungan)
                4
Perolehan ketrampilan
Indoktrinasi
Berdasar kebutuhan untuk diaplikasikan
                5
Prospek hasil
Cenderung untuk masa depan saja
Untuk saat ini dan masa depan
                6
Materi
Cenderung tetap
Ikut perkembangan
               7
Komunikasi
Satu arah
Dua arah

Bagaimana pengalaman dimaknakan? Ternyata ada 7 metode yang terus berkembang sejak tahun 40an, dan yang paling terkenal adalah Debriefing/ pemaknaan di akhir proses. Sekedar menyebut metode yang lain, ada pula makna yang disampaikan justru sebelum peserta didik melakukan/ mengalami “pengalaman”
Pendidikan pengalaman melalui media "pembuatan Pempek Palembang"

Mengapa Pendidikan Pengalaman Perlu Segera dipopulerkan di Indonesia?

Ada beberapa alasan mengapa metode pendidikan pengalaman perlu segera dipopulerkan dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam upaya mengembangkan karakter peserta didik.

  1. Metode Pendidikan Pengalaman sudah lebih dari 1 abad berlangsung, dan tentunya telah banyak kajian keilmuannya. Jadi kita harus yakin, bahwa selalu ada landasan keilmuan/ilmiah dalam tiap ragam metode pendidikan pengalaman.
  2. Metode Pendidikan Pengalaman sangat fleksibel dan menyenangkan digunakan pada semua rentang usia, mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Apalagi jika pendekatannya melalui permainan. Hal ini bisa menjadi solusi guna membelajarkan orang-orang dewasa; maklum, budaya Indonesia masih kental dengan sopan santun dan rasa “segan” terhadap orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya
  3. Alam Indonesia yang kaya dengan bentang alam serta seni budayanya yang sangat beragam bisa menjadi materi yang tak akan habis digali sebagai sumber “pengalaman” bagi peserta didik. Hal ini akan menjadi “kawah candradimuka” bagi pengembangan mental manusia-manusia muda Indonesia.
  4. Metode Pendidikan Pengalaman bisa memerkuat metode pendidikan tradisional, atau apa pun metode yang sedang menjadi kebijakan negara. Artinya, untuk materi-materi pembelajaran yang efektif dilakukan dengan pedagogi, silakan dilanjutkan. Mana yang sebenarnya efektif dengan andragogi juga pendidikan pengalaman, kita harus berani mencobanya.
  5. Indonesia sudah memunyai asosiasi bagi lembaga/ individu yang bergiat di Pendidikan Pengalaman, yaitu AELI. Hal ini akan memudahkan proses saling belajar terkait keilmuan maupun praksis pelaksanaan metode experiential learning.
  6. Melalui sertifikasi profesi, pemerintah sudah mengakui bahwa pemandu outbound adalah keahlian yang harus bisa dipertanggungjawabkan, termasuk dalam hal keilmuannya. Artinya, pemerintah mulai mengakui bahwa Pendidikan Pengalaman itu “sesuatu yang bernas” sehingga perlu dibuat regulasinya.


Akhirnya, mari kita makin terbuka dan kreatif dalam upaya memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan. Ketika ada metode yang sebenarnya sudah teruji dan efektif digunakan, kenapa tidak kita coba? Experiential learning atau pendidikan pengalaman, atau populer dengan istilah outbound patut kita pertimbangkan secara serius sebagai salah satu metode pendidikan karakter bangsa. Belajar dengan bermaian, apalagi bertualang, Wow, pasti seru!



Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog