Yuk membelajarkan diri melalui pengalaman asyik Outbound/ penjelajahan asyik.


Writing Camp III Edisi ABLP-Klawing Embuh

Berawal dari Workshop ABLP yang Tak Mau Berakhir

Writing Camp III edisi ABLP-Klawing Embuh adalah perwujudan niat semua peserta workshop ABLP (Adventure Based Learning Program) yang sudah diadakan oleh Wilayah Plat R DPD AELI Jawa Tengah pada tanggal 13-15 Agustus 2024 di Base Camp Klawing Adventure, Purbalingga Jateng. Pada sesi terakhir, cetusan Mas Soel Winarno-yang bertindak sebagai narasumber- tentang harapan bahwa ada (monumen) tulisan yang dihasilkan akibat workshop, ditanggapi dengan persetujuan 14 pesertanya. Pak Dhe Kusworo sebagai salah satu peserta berinisiatif memformatkan proses penulisan tersebut dengan mendaulat saya sebagai “Temenan” atau dipanjangkan sebagai “Teman Menulis Anda.” Semua berawal dari workshop ABLP yang telah berakhir, namun justru menjadi awal ekspedisi petualangan yang baru. Ya, kini kita akan BELAJAR secara BERTUALANG menggunakan aktivitas tantangan “MENULIS ARTIKEL.”

Generasi Klawing-Embuh siap Bertualang

Kok Bisa?

Mengapa membuat tulisan atau menulis artikel saya samakan dengan kegiatan petualangan atau adventure? Dalam workshop, Mas Soel menyampaikan bahwa “adventure” dapat dipahami sebagai “Serangkian kegiatan yang hasil akhirnya tidak diketahui/ tidak pasti, namun jika berhasil dilakukan bisa memberikan kepuasan/ kebanggaan.” Simon Priest menggambarkan “adventure” sebagai suatu zona tertentu saat terjadi kesesuaian antara kompetensi dan risiko. Suwer, agak susah menjelaskannya jika tanpa melihat skema, maka, nih saya sketsakan apa yang dimaksud oleh PakDhe Priest (sumber http://simonpriest.altervista.org/OE.html)

Paradigma "Adventure" menurut Simon Priest

Paradigma suatu tantangan menurut Priest bisa dikategorikan menjadi 5 area pengalaman tergantung kondisi pelaku, yaitu:

  1. Exploration & Experimentation
  2. Adventure
  3. Peak Adventure
  4. Misadventure, dan
  5. Devastation & Disaster

 6 posisi yang saya buat itu sekedar menjelaskan bahwa suatu aktivitas/ tantangan bisa dihayati secara berbeda oleh tiap orang. Sebagai contoh, aktivitas berkayak bagi Si Satu hanyalah suatu Exploration & Experimentation saja, namun bagi Si Dua, itu adalah petualangan/ adventure; sementara bagi si Tiga dan Empat, berkayak itu sudah mencapai peak adventure walaupun kemampuan mereka dalam berkayak berbeda. Lain lagi cerita si Lima yang orangnya mudah panik, baginya kegiatan berkayak adalah suatu misadventure. Yang lebih parah dan berbahaya itu nasib si Enam yang kemampuan berkayaknya rendah, namun harus menanggung risiko yang tinggi. Dia sejatinya sedang menantang area   Devastation & Disaster.

Mengapa “writing Camp” bisa disebut dengan adventure? Ya karena bagi banyak orang, “menulis” itu bagaikan momok, sesuatu yang dianggap sulit, serta menakutkan. Bagaimana 20an orang (peserta dan panitia) mengikrarkan diri selama selapan (35 hari) bisa menghasilkan Bunga Rampai bertema ABLP? Nah itulah proses ekspedisi dan petualangannya. Hasilnya sih pinginnya sukses, namun hmmm…. siapa bisa menjamin, walau proses ala pakem experiential learning sudah, eh, akan coba diterapkan? Cocok, hasil akhir Writing Camp mengandung ketidakpastian, namun tunggu saja jika bunga rampai itu sudah terbit, maka dijamin para penulis di dalamnya akan merasa puas dan bangga. Sebagai mentor atau Temenan, selain Mas Soel, saya juga melibatkan Mas Ardian Rangga, M.Pd. yang selain duduk dalam jajaran DPP AELI, beliau juga sudah terlibat sejak Writing Camp Pertama.

Okey, cukup ngomongin teorinya ya, kini kita kembali ke urgensi Writing Camp. Apa sih perlunya saya ikut Writing Camp ini? pertanyaan ini mungkin senada dengan peserta ABLP saat bertanya, “Untuk apa Kak Fasilitator kami harus cape-cape mendayung untuk mengarungi sungai?” Mungkin pertanyaannya yang perlu dibalas dengan pertanyaan reflektif, “Bagi kita seorang fasilitator, apa arti keberhasilan menulis sebuah artikel? Apa makna saat bersama tim yang solid berhasil menerbitkan bunga rampai ABLP yang berkualitas” begini pendasarannya.

Ada satu sesi dalam workshop saat Mas Soel mengajak kami berdiskusi tentang hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow. Apa saja itu? Dimulai dari tingkat piramida terbawah lalu ke atas adalah:

  1. Kebutuhan Fisiologi (Physiological Needs)
  2. Rasa Aman (Safety Needs)
  3. Kasih Sayang (Social Needs)
  4. Penghargaan (Esteem Needs)
  5. Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Begini penggambarannya.

Apakah “menulis” itu untuk memenuhi kebutuhan Fisiologi? Rasanya sih nggak ya, kecuali pekerjaan kita itu berhubungan dg dunia tulis menuli semisal jurnalis atau novelis. Apakah “menulis” itu memenuhi kebutuhan kita akan Rasa Aman? Hmm bisa jadi bagi brp orang dia akan merasa aman setelah menulis karena berhasil mengamankan/ mendokumentasikan sebuah gagasan. Kalau kebutuhan akan memiliki & Kasih Sayang, apakah bisa dipenuhi dg (tantangan) menulis artikel? Hmm … abstrak ya, silakan dicari jawab sendiri deh. Menulis mungkin bgai sebagian orang bisa memenuhi kebutuhan akan penghargaan; dia merasa dihargai karena sudah berhasil menulis suatu artikel. Walaupun gini-gini saya juga punya pengalaman atau gagasan tentang ABLP lho, tuh saya sudah tuliskan dengan rapi walau prosesnya penuh perjuangan; keren khan, Bro? Kalau yang saya ingin, semoga writing camp kita kali ini bisa menyentuh kalbu para peserta dalam hal memenuhi kebutuhan Aktualisasi Diri. Saya seorang Fasel, punya pengalaman, punya kehendak untuk berbagi, maka saya tuliskan dalam sebentuk artikel yang bisa menjadi sarana aktualisasi siapa saya sejatinya. Semoga keberhasilan kita nanti dalam menyelesaikan target bisa menjadi fondasi bagi aktualisasi diri pribadi sebagai seorang fasilitator experiential learning, dan juga aktualisasi Workshop ABLP Klawing-Embuh.

Oh ya, Writing Camp ini merupakan edisi ke-3 di bawah naungan AELI. Writing Camp ke-1 dan ke-2 sudah dilaksanakan pada tahun 2020 dengan keseruan yang bisa diintip di sekitar  https://mancakrida.blogspot.com/2020/06/experiential-learning-yang-perlu-kamu.html Tema Writing Camp III adalah ABLP; kenapa diimbuhi dg kata Klawing-Embuh? Karena saat workshop ada 2 kelompok yang terbentuk yaitu kelompok Klawing dan Kelompok Embuh; gitu aja sih penjelasahnnya he he he… Beberapa catatan atau materi pembelajaran yang digunakan dalam ekspedisi ini, dipungut dari proses terdahulu, sehingga peserta perlu rajin membaca juga supaya tidak gampang bingung.

Ice Breaking, Games 4T



Writing Camp III yang dimulai pada tanggal 17 Agustus 2024 dibuka dengan games 4T yaitu merumuskan:

  1. Topik/ tema tulisan,
  2. Tujuan,
  3. Tesis, dan
  4. Titel/ judul artikel.

Pada masa pembekalan atau oreientasi ini, Peserta Writing Camp diminta menuliskan 4 hal tersebut, dan langsung dikirim pada grup WA writing camp III. Perbekalan untuk menyelesaikan games ini bisa didapatkan melalui https://mancakrida.blogspot.com/2020/05/ayo-bikin-pengalaman-pendampinganmu.html   sebagai peninggalan Writing Camp sebelumnya.

Permainan 4T diakhiri pada hari Senin Pon pukul 22.22. 18 dari 23 peserta sudah menyelesaikan games ini, dengan gagasan/ judul sebagai berikut:

  1. Proses/komponen dalam ABLP
  2. Ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan dalam ABLP
  3. Pemanfaatan teknologi modern dan dunia digital dalam proses ABLP
  4. Disiplin management waktu dalam ABLP
  5. Zona Pengembangan Manusia dalam Program Pembelajaran Berbasis Petualangan
  6. Mengarahkan dan mengembangakan potensi Manusia pada kegiatan ABLP
  7. Mengelola Resiko Dalam Pelatihan Berbasis Petualangan di Alam Bebas
  8. Manajemen waktu dalam ABLP
  9. Aktifitas memasak dalam program  bertualang,  "bukan memasak biasa"
  10. Management  Resiko Tinggi
  11. Membuat program petualangan anak
  12. Petualang akan memunculkan kreatifitas baru
  13. Debriefing itu Mengasyikkan
  14. Meningkatkan Kesadaran diri dan kesadaran sosial melalui ABLP
  15. – belum –
  16. – belum –
  17. – belum –
  18. Safety briefing dalam kegiatan ABLP
  19. Mengelola Perilaku Individu Melalui Adventure Based Learning Program (ABLP)
  20. – belum –
  21. Perubahan Perilaku peserta dalam Kegiatan ABLP
  22. Silent Trekking
  23. – belum –

Pos BENDUNGAN

Helow, Ayo Bnetuk Dahulu Kerangka Tulisanmu...

Baru mulai ekspedisi, peserta sudah tertahan di POS BENDUNGAN. Bendungan dibuat agar bisa membendung aliran air yang lalu terkumpul untuk dimanfaatkan dan diatur secara terukur untuk berbagai kepentingan, misalnya irigasi, air minum, pembangkit listrik, dan rekreasi. Mirip dengan Bendungan Slinga di Sungai Klawing, dalam ekspedisi kali ini, BENDUNGAN adalah singkatan dari Bentuk Dahulu Kerangka Tulisanmu. "Bendungan" akan membantu kita agar tidak kebanjiran ide, namun juga tidak kering gagasan.

Aktivitas dalam pos ini adalah membuat Kerangka Tulisan, melengkapi 4 T yang sudah dibuat.

Sebagai bahan bacaan tentang bagaimana membuat KERANGKA TULISAN, peserta diajak mengunjungi kunjungi jejak Writing Camp sebelumnya di https://mancakrida.blogspot.com/2020/05/kerangka-artikel-dalam-kisah.html

Peserta  akan beraktivitas di Pos Bendungan ini sampai Hari Jumat Pahing 17 Sapar 1958 pukul 23.45, yang berarti sekitar 12 jam dari artikel ini dibuat.

Setelah membaca-baca referensi dan merenung-renung sambil ngopi, barangkali ada peserta yang bertanya, “Apakah 4T bisa direvisi, bahkan diganti?”... oooo boleh, selama kita masih berada di Pos Bendungan ini hal itu nggak masalah. Justru itulah tujuan utama saya membuat catatan atau tulisan ini, “Mengabarkan perkembangan peserta Writing Camp sekaligus memberi inspirasi penajaman proses menulis”

Jadi begini sodara-sodara… Kita menulis itu tidak bisa lepas dari 3 KON. Jare wong banyumas, Apa maksudde? Maksudde, Artikel adalah segepok informasi tertulis yang hendak disajikan pada pembaca. Bagaimana supaya artikel kita bisa tersajikan secara tepat? Ternyata kuncinya ada pada 3 KON, yaitu Konteks, Konten, dan Kontrol. Penjelasan lebih lanjut bisa dibaca di https://mancakrida.blogspot.com/2020/07/3-kon-dalam-menulis-artikel.html

Konteks besar kita adalah membuat Bunga rampai atau kumpulan artikel bertema ABLP. Sepembacaan sayasebagian besar hal ikhwal tentang Adventure Based Learning Program sudah coba diulas/ dikupas/ ditinjau dari berbagai sisi. Teori adventure, teori pembelajaran, manajemen pelaksanaan, manajemen risiko, kompetensi fasilitator, contoh-contoh aktivitas, dan variasi programnya. Sebagai suatu tema sudah okey, namun mari kita renungkan seberapa “ngotot” kita akan menuli tema tersebut? Artinya, jika kita memang sudah punya pengalaman atau gagasan, atau berniat mencari tahu tentang tema yang diidekan, nggak masalah lah; proses menulis bisa menjadi petualangan atau adventure bagi kita. Namun bagi yang memilih temanya dirasa jauh dari kemampuan kita mewujudkannya dalam sebuah artikel, silakan bisa dipertimbangkan lagi dengan 2 alternatif tindakan memertajam/ memerjelas atau mengganti.

Memertajam/ memerjelas tema itu maksudnya mengambil 1 gagasan/ studi yang lebih rinci dari gagasan besarnya. Misal  jika kita malah bingung dg tema besar “Mengarahkan dan mengembangakan potensi Manusia pada kegiatan ABLP” maka bisa saja dipertajam dengan gagasan “Mengembangakan potensi manusia melalui kegiatan arung jeram.” Pada gagasan pertama yang luas, kita nanti perlu menjelasakan tentang potensi manusia itu apa maksudnya, lalu wajib menjelasakan apa itu ABLP, dan konsekuensinya memaparkan keterkaitan 2 variabel tadi. Pada contoh tema yang dipertajam, kita cukup menjelasakan variabel potensi manusia, dan arung jeram. Nah, bagi yang sehari-hari berkecimpung dalam dunia arung jeram, tentu itu akan lebih familier dan membumi untuk ditulis.

Maksud mengganti 4T rasanya jelas ya, ya mengganti dengan gagasan yang memang sekiranya bisa kita tuntaskan tanpa serasa masuk zona “Misadventure” atau bahkan “disaster,” hihhh, ngeri banget ya. Menyitir kasus arung jeram tadi, jika tema “Mengembangakan potensi manusia melalui kegiatan arung jeram.” Hendak ditulis oleh seorang fasilitator bahkan yang tidak pernah ber-arung jeram, ya teorinya sih bisa… namun sebarapa “soul” akan didapat itu yang jadi pertaruhan. Belum lagi jika nanti sidang pembaca langsung menilai, Eh, kok si Anu nulis tentang arung jeram, jangan-jangan kita sedang bermimpi. Weh, hiperbola ya.

Yang Minat, yang Minat!

Bagi yang masih mau memertajam atau mengganti tema, berikut ini saya sampaikan beberapa tema sederhana yang mungkin lebih asyik ditulis oleh beberapa peserta Writing Camp III, melengkapi tema-tema yang sudah beredar

  • Metode survey lokasi kegiatan pembelajaran berbasis petualangan di hutan (atau di waduk/ telaga),
  • Teknik pemanasan sebelum beraktivitas trekking,
  • Wana Wisata Baturraden (misalnya) sungguh tempat yang cocok untuk bertualang,
  • Teknik berkemah,
  • Mengenali tumbuhan yang aman dikonsumsi di alam liar,
  • Arung jeram sebagai media sarana pengembangan diri,
  • Tips melakukan ABLP di daerah pesisir utara Pulau Jawa,
  • Membangun relasi dengan penduduk setempat saat berkegiatan; studi kasus … anu…
  • Dan sebagainya.

Sudah cukup saya ngepoin 4T teman-teman peserta. Ayo saatnya menuntaskan kerangka artikel yang akan dikumpul paling lambat nanpi malam pukul 23.45. Sampai saat ini baru 1 yang sudah setor Kerangka Tulisan; saya tidak mau sebut namanya, cukup inisianya saja yaitu NW; maka bisa saja kepoin lebih dahulu; begini.

  • Tema: Komponen dalam ABLP
  • Tujuan: Menguraikan komponen yang harus ada dalam ABLP
  • Thesis: Kegiatan petualangan pada ABLP harus memiliki komponen yang tepat agar dapat menyampaikan muatan pembelajaran yang diinginkan
  • Title: "Why ABLP?"
  • Kerangka Tulisan

1. Pendahuluan

2. Isi (deskripsi variabel)

  • Apa itu ABLP: apa itu kegiatan petualangan dan apa itu program pembelajaran
  • Apa saja komponen yang harus ada dalam ABLP

3. Isi (hubungan antar variabel)

  • Bagaimana komponen-komponen yang harus ada dalam ABLP tersebut memiliki pengaruh terhadap penyampaian muatan pembelajaran

4. Penutup

  • Alasan kenapa harus menggunakan media kegiatan petualangan dalam menyampaikan muatan pembelajaran. "Why ABLP?"

Komentar saya simpel, yaitu:

Alur berpikir sudah oke, namun sebaiknya kerangka pada bagian isi itu ditulis dengan kalimat positif, bukan kalimat tanya. Maksudnya lugas saja, misal;

Pengertian ABLP (hati-hati ya, mau sedalam apa menjelaskan jargon ini? kalau diperlukan tulis juga sub-nya)

Penjelasan (misal) 7 Komponen dalam ABLP, yaitu:

  • Komponen ke-1,
  • Komponen ke-2,
  • Komponen ke-3,
  • Komponen ke-4,
  • Komponen ke-5,
  • Komponen ke-6,
  • Komponen ke-7,

Pengaruh komponen (yang mana) terhadap penyampaian muatan pembelajaran

Keunggulan menggunakan media kegiatan petualangan dalam menyampaikan muatan pembelajaran (bisa diperbandingkan dg metode anu misalnya)

Semoga umpan balik ini bisa juga menjadi inspirasi bagi semua peserta sehingga bisa membentuk kerangka tulisan dg taktis. Menulis artikel pada hakekatnya adalah mengorganisasikan ide, yang diawali dengan membuat kerangka. Ingat ya…, Kerangka Tulisan merupakan susunan apa saja hal-hal yang mau dituliskan dalam suatu artikel. Fungsi kerangka ini antara lain:

  1. Memudahkan pengendalian variabel,
  2. Memerlihatkan pokok bahasan,
  3. Mencegah pembahasan melenceng dari tema, judul, tujuan, dan kalimat tesis yang sudah dibuat,
  4. Mencegah ketidaklengkapan pokok bahasan,
  5. Mencegah pengulangan pembahasan ide.

Selamat berproses adventure di Pos Bendungan ini dengan merenungkan sketsa berikut.



Brebes, Jumat Pahing Agustus, 12 jam sebelum deadline.

Salam Temenan: SAR (Soel-Agus-Rangga)

Share: