Saat ini tahun 2019, persisnya 2 hari setelah peringatan ulang tahun AELI (Asosiasi Experiential Learning Indonesia) ke-12. Nah, cerita tentang ulang tahun, biasanya ada hadiah-hadiah yang dipersembahkan bagi pihak yang berulang tahun. Saya sebagai bagian dari asosiasi tersebut mikir, kira-kira hadiah apa yang bisa saya sampaikan pada asosiasi alih-alih sekedar mengucapkan selamat ultah sambil masang logo MANCAKRIDA. Hmmm....
|
Salah satu format ucapan Ultah pada AELI (dari 4 alternatif format) |
Beberapa tahun lalu, saya cukup sering membuat tulisan tentang Experiential Learning, Outbound, dan sesekali tentang asosiasinya, yaitu AELI. Namun 2 tahun terakhir saya memilih rehat dahulu dari urusan kepengurusan asosiasi, sehingga praktis meredakan semangat menulis guna dipublikasikan secara umum. Maksud hati istirahat, eeeee.... selepas pensiun dari Ketua DPD AELI Sumatera Selatan, dan lalu pindah ke kota mungil, Brebes; saya malah dimintai tolong teman-teman asosiasi untuk bantu ini itu, semisal jadi ASESOR KOMPETENSI FASEL, lalu masuk dalam tim penyusunan materi SEKOLAH FASEL, ada lagi jadi salah satu PENULIS BUKU EL Indonesia yang rencananya akan diluncurkan bulan ini. Saya rasa, selepas dari pengurus, kesibukan saya justru bertambah untuk asosiasi ini.
Cukup ya intermezonya; sekarang saya mau beberkan bahwa sejak lebih dari 7 tahun lalu saya sudah menjadi admin atau pengurus grup Facebok bernama AELI. Ceritanya admin yang terdahulu mau istirahat dan ditawarkan siapa yang mau jadi admin, ternyata dan ternyata hanya saya yang berminat untuk menggantikannya; padahal saat itu saya gabung jadi pengurus saja belum. Oh ya, saat itu AELI belum menjadi entitas yang seseksi sekarang ini, dan cenderung dipandang seperempat mata (tidak hanya sebelah mata lho) oleh para penggiat outbound dan EL Indonesia. Kepengurusan tingkat pusat (Nasional) dan di beberapa provinsi (Daerah) ada, namun ya gitu-gitu saja lah dinamikanya. Saat itu yang saya pikirkan adalah pada saatnya nanti AELI akan menjadi asosiasi yang diperhitungkan dan sangat mewarnai dunia "Pengembangan Karakter" maupun per-outboundan di Indonesia. Nah, kalo grup FBnya nggak ada yang mau ngurus, jelas itu suatu paradok yang ironis....
Visi saya mulai menjelma dalam tahun-tahun terakhir, AELI kini makin mapan dengan aneka manfaat tingkat nasional. Asosiasi ini makin seru dan didamba banyak provider dan penggiat EL, serta tentu saja pemerintah. Bahwa masih perlu pembenahan di sini sana itu tentu, ya wajar dong, masih usia 12 tahun kok.... (silakan bisa membayangkan bagaimana asosiasi tersebut saat ini dengan mengunjungi websitenya di
sini)
Okelah, sebagai hadiah ultah ke-12 saya akan salinkan saja salah satu obrolan di grup FB AELI yang diunggah pada 8 April 2012 oleh seorang anggotanya yang bernama Dante Mayindra. Obrolan yang diawali 7 tahun lalu tersebut dibanjiri 137 komentar sampai tahun 2019 ini. Bagi saya konten obrolan di sana itu seru dan menarik guna menggambarkan rupa experiential learning, outbound, serta perikehidupan aneka provider yang bergelimang di dalamnya; setidaknya dalam kacamata tahun 2012 lalu. Ya, jika teman-teman provider lain mengucapkan selamat ulang tahun (dalam bahasa Inggris) untuk AELI, setidaknya saya mewakili MANCAKRIDA tidak perlu bikin tulisan baru sumbangsih bagi EL/ AELI dalam ulang tahunnya tahun ini, cukup salin percakapan di grup yang pernah dan masih saya kelola tanpa mengedit/ merubah isinya. Semoga bisa berkenan sebagai hadiah ultah.
Tanpa perlebar panjang, langsung saja ya kita simak
AELI ? berbagai kiriman dan status tentang AELI, mohon info tentang
struktural AELI, komen dan status di grup ini kok nggak ada tanggapan dari
pengurusnya, maaf, saya kok jadi ??? tentang STRUKTUR DAN PENGURUS AELI
Top of Form
Bottom of Form
Agustinus Susanta Ada 3 postingan terkait"keberadaan" AELI, rata-rata mempertanyakan
keanggotaan dan kestrukturan Asosiasi. Saya juga berharap segera ada tanggapan
dari teman-teman yg kini mengurusnya. Bukankah "Pengurus" itu
terminologinya (Orang) yang mengurusi? siapa yang diurus? yha kita-kita ini
lah. Apa yang diurus? yha tentang EL di Indonesia lah.
Informasi dari Mas Ardi Dong, perlu diwaspadai, ttg BANYak provider2 yang
mencantumkan member AELI untuk memperkuat jualannya; semoga memang mereka
member AELI (dan ada legalitas yg dimiliki AELI ttg hal itu)
Asruri Syam seharusnya sebuah
organisasi "tentu" memiliki AD ART / Akta Notaris yang didalamnya
terdaftar struktur dan siapa pengurusnya. di dalamnya juga terdapat siapa
pemilik AELI. bagaimana dengan kedudukan anggota? siapa anggotanya? untuk apa
ada anggota? apa hak dan kewajiban anggota? [NGAPUNTEN......]
Asruri Syam ......Tentu saja
musyawarah nasional yang pertama ini bertujuan untuk menetapkan pengurus dan
program kerja asosiasi ini.
Persiapan deklarasi dan
musyawarah nasional pertama ini dipersiapkan oleh “Tim Tujuh” yang terdiri dari
Mulyanto (Pelopor Adventure Camp), Robby Seahan (OBET Nusantara), Ravino
(Kampoeng Pasir Randu), Inong (Tanah Tingal), Ega (Pancawati Outdoor Training),
Soelistiono (Praktisi) dan Rahardi (Wartawan). Dengan dihadiri oleh lebih dari
30 provider dari seluruh Indonesia. Kemudian
pada tanggal 9 Juni 2007, bertempat di Tanah Tingal (sekarang menjadi
sekretariat AELI) dideklarasikan keberadaan AELI.......
Ageng Aditya tolong dilengkapi karena
ga inget tanggal2 pastinya..pertemuan pertama di lakukan di lembur pancawati
(POT-Ega) ,kedua dilakukan di markasnya Pasir Randu Adventure (Rovino) dan
berlanjut di tanah tingal dalam bentuk FON (festival outbound nasionai) Salam EL ..:)
Soel Winarno Melengkapi dikit: 1. saat ini AELI
dipegang oleh kepengurusan tahap ke-II sejak th 2010 lalu dgn Ketua Robby
Seahan dan sekjen Yuniga Fernando serta
jajaran para kepala divisi yg mungkin Pak Robby sendiri bs menjelaskan. 2. saya
kebetulan termasuk praktisi independent facilitator yg masuk di "Tim
Tujuh" tp nama saya bukan SOELISTIONO. Jujur saja sy pernah complain
perihal penyebutan nama saya di group ini tp mungkin krn pribadi saya dikenal
terlalu pemaaf jadinya complain saya tdk pernah ditanggapi.....Kasihan ya saya
hihihihi
Ageng Aditya hi.hi.hi..untung ga
ditulis Soelitnya hidup ini..piss ah..
Agoes Susilo
Jp berbenah itu nggak ada terlambatnya lho....akan lebih manis kalau
dari pengurus memberikan semacam "informasi" karena bagaimanapun
mandat kan sudah diberikan.
Harry
Priyatna memang soelit hidup ini hehehe piss juga ah, sim salabim muncullah
rekan - rekan pengurus.......mohon dibantu yahhhhh
John Harry
Dasuha hehehehehe jadi ingat teori kebutuhan abraham maslow..........aku
baru berkutat di kebutuhan yang paling dasar.....dahar=daang=tuang=maem=makan
.....ayo maju, gak ada kata terlambat buat AELI
Unang Rusnadi entah sudah lama atau
baru,, sekarang jika mau handle di pemerintahan,, fasel2 harus punya NPWP pribadi,,,
sertifikat mah gak di tanyain euy,,, (karna baru kemaren kejadian nya,,
John Harry
Dasuha kang Unang Rusnadi, akhir bulan
april saya tempur dengan judul (dari klien....:) CAPACITY BUILDING.... 48 peserta,
3hari 2 malam. pesannya adalah : tolong biar peserta gak boring pake asisten
instructor yg cuantik2.... Sebenarnya saya tersinggung dalam hati, ini gak
percaya ama kemampuan (baca KOMPETENSI) INSTRUKTUR atau kegiatan asal jalan
saja? tetapi = demi perut dan dapur, saya jawab : siap pak !! kalau saya
keukeuh dgn bla bla bla....saya hanya kaya teori tapi miskin pengalaman.
Setidaknya saya tahu, secara teori saya sedang un-standard.....btw kang Dante Mayindra saya
setuju, saya pengen tahu, pengen belajar !!! nuhun
Unang Rusnadi itu dia kang John Harry Dasuha, puluhan kali saya handle pemerintahan dari berbagai
departemen, tapi baru kali ini diminta semua fasel nya harus punya NPWP, jika
tidak akan di potong pajak nya tidak 10% tapi bisa sampe hingga 15%,,, kalo
masalah cantik mah kakek2 bangkotan juga masih suka kang,,, apalagi kang Jhon
yang masih muda. Hehehe
John Harry Dasuha nah itu dia kang Unang Rusnadi....coba deh di
AELI akang buka sesi : MENJUAL PRODUK EL DGN SUKSES...... fakta (observasi
pribadi seeeh) : kok teman2 yg teguh dgn kaidah2 (baca: teori2 EL) kebanyakan
susah menjual produknya hahahaha.....ini penting kang ! jadi setidaknya dampak
berkembangnya EL bisa dirasakan semua instructor, provider....dan pengamen
outbound seperti saya..... btw....saya juga masih rindu order kang....wkwkwkw
Emma Bukit Mas Unang
Rusnadi kalo
gak salah potongannya malah 20% jika blm punya NPWP. Perusahaan tsb pasti di
audit & jg hrs lapor ke Kantor Pajak.
Unang Rusnadi teteh ku Emma
Bukit,
that's right teh,, 20%,, karna sekarang ini ada cara mereka (klien
pemerintahan) membayar bukan secara glondongan project, tapi berdasarkan fee
narasumber, (fasel), untuk akomodasi dan transportasi nya baru pake cara
pengadaan barang dan jasa,,, sooo, bisa satu atau 2 bulan itu pembayaran baru
cair,,, hehehe,
Soel Winarno John...kita pernah ngobrolin perihal
jualan 'OTBON' antara tuntutan perut vs idealisme program. Terus terang, males
ah ngobrolinnya. Gak nyambung!!!! Cuman...kalo permintaan klien ttg penampilan
fasilitator sekedar agar 'ada pemandangan yang bening-bening'....ha ha ha
membayangkan saja saya sudah gak nyaman. *mo pelatihan pengembangan kepribadian
apa mo nonton lenong???!!!*
John Harry Dasuha hehehe yup mas Soel Winarno benar !!!
tapi setidaknya semua bisa terakomodir dan semua tetap bisa pegang
"kaidah" yg sebaiknya. I mean, perlahan kita meng-edukasi sesama
kolega, lalu meng-edukasi pasar. bukan kerja ringan tapi dari obrolan2 disini
kita dah bisa observ bagaimana sih fenomena EL di kita. akhir2 ini
beberapa provider sering kontak saya cuma minta pasukan aja dan berkata : kang
john ini mah cuma team building setengah hari...gak ada general
review-nya...nah loh...Betul, yg sudah terpatri swim check dulu sebelum water
activity akan gerah ketika harus menghilangkan hal tersebut dengan alasan waktu
kegiatan yang tidak leluasa..... #siapa yg tidak rindu : Solo Lima monitor,
Juliet Oscar panggil....3 fregat anda meluncur ke arah ropi. Mohon konfirmasi,
karena pasukan saya sedang berhadapan dengan jaring laba-laba di ropi, apakah
bisa di copy ganti...# sepenggal kenangan pembicaraan by radio di suatu danau
di dekat purwakarta.... moga ya AELI bisa mengakomodir dan tetap experiential
learning...
Unang Rusnadi anda anda semua adalah pejuang-pejuang
tangguh dan pahlawan-pahlawan keluarga,,, hidup pejuang, hidup pahlawan.
(sambil acungkan kepalan tangan
Tri Wiyanto solo lima
koq udah pesimis duluan seehhh............
Ageng Aditya solo
lima..alpha golf..monitor.. minta 10.14
untuk bisa 8.7 dengan para pengurus..over and out..
Tri Wiyanto hehehhhhe............itu
....nyebut indian petruk........skr jadi anak tuyul......hehehhhe
Soel Winarno malah pada mainan HT sih? pake HT
yg touch screen dong :p.
Btw, John...aku ga pinter amat marketing krn kayaknya takdirku adlh mjd
instruktur. Jd kalo kamu blg krn klien minta diselipin yg bening-bening biar ga
bosen ngeliat instruktur yg mukenya keras, dan kamu bawa spg-spg mall ke
lapangan demi job, yaaa sudahlah. Kuanggap kamu sdg melakukan kerja marketing.
Masalahnya adalah: hingga terakhir kali kita bertemu aku msh melihat kamu sbg
instruktur yg tegas, gagah, serta kredibel. So...honestly I want to keep
perceiving you that way!!!
Harry Priyatna jd makin seru euy, pengalaman pribadi aja neh mas bro
hehehehe,klo kita melihat konteks di awal ketemu dengan pengguna jasa kita, klo
di awal kita berbicara mengenai pelatihan dengan konsep EL yg ane yakini selama
ini, ya seluruh proses pelatihan sampai akhir ya harus sesuai dengan
objektifitas pelatihan itu sendiri sesuai dengan alur pelatihan, tetapi klo di
awal sudah berbicara dengan pengguna jasa kita, kita akan bersenang senang to,
ok, kita kirim tim kita yang lain u mengakomodir keinginan mereka, jadi tidak
dicampur adukan antara pelatihan pengembangan diri dengan unsur di luar
pelatihan. Yg menggabungkan, klo menurut ane, gak salah jg, sesuai keyakinan
masing masing aja, asal bisa dipertanggung jawabkan !
Soel Winarno Har, gimana mempertanggungjawabkannya?
Ini bkn mslh dapur rumah asal ngebul kan?
Agustinus Susanta Kok malah mirip-mirip Partai di
Koalisi SBY yach, bisa main di dua kaki.
Ketika angin politik terasa menguntungkan partai, jadi koalisi tulen, tetapi ketika kayaknya angin bikin
gerah, malah jadi oposisi... Namun sayangnya perihal tsb belum ada
aturan jelasnya di konstitusi negara ini. Nah, terkait fasel yang akan
memfasilitasi kegiatan "rekreasi" atau "pelatihan" atau
penggabungannya, masuk akal juga pendapat Kang Harry Priyatna, kalo di awal
pemosisiannya harus jelas.
Bahwa
seoang fasel di satu kesempatan bisa "menghibur" sementara di
kesempatan lain bisa "memfasilitasi pembelajaran" menurut saya adalah
sebuah telenta. Ketika ybs bisa menggabungkannya, itu menjadi anugerah (tapi
nggak semua fasel bisa lho)
Pernyataan
"menggabungkan" pun antara rekreasi dan pelatihan bisa kita tinjau
konteksnya, apakah setelah selesai pelatihan baru rekreasi, (atau sebaliknya);
atau di sela-sela pelatihan ada hiburannya (atau sebaliknya, di sela hiburan
ata pelatihannya) atau kita sendiri nggak bisa membedakan mana hiburan mana
pelatihannya, atau (ini yg hebat kalo bisa dilakukan) kita bisa melatih sambil
menghibur.
John Harry Dasuha mantaps teman2, begini baru losta masta
kata satu iklan rokok....ayo kita diskusi setidaknya kita losta
masta-kan....salam hormat buat semua, aku minta waktu dulu sambil merenung dan
merokok tentunya...: training itu apa? lalu ada method....kita dalam konteks
EL,,,,makhluk apa EL itu.....aku perlu merenung dulu kawan, jadi ntar pas malam
lebih hangat lagi....SEMANGAT BRO...AELI
Ageng Aditya kang john,kang Agus.. kalo bicara tentang definisi yg referensif saya
percaya bahwa mayoritas member di grup ini tidak memiliki pemahaman yg
absurb..tapi beda kalau bicaranya dr perspektif user..saya percaya kalo saat
ini ada perbedaan yg sangat luas. yg satu mungkin akan minta program
serius, yg lain minta sisipan organ tunggal dan dua-duanya mengatakan bahwa itu
pelatihan. dan saat ini di indonesia sah-sah aja..
beberapa user ga akan peduli tentang penjelasan yg diberikan..nah..disitulah
tantangannya buat kita semua..membuat user paham dan akhirnya peduli tentang
diferensiasi jenis program yg ada..jadi untuk urusan edukasi pasar..maju
terus..pantang mundur ..yes..yes..yes..!!! salam EL :)
Harry Priyatna itu di komander, klo temen2 ada yg mau
kegiatan yg diselingi OT, ya silahkan, dipertanggung jawabkannya kepada
pengguna jasa kita mngenai hasilnya dan tentunya dipertanggung jawabkan kepada
hati nurani masing2
Harry Priyatna m agus, klo kita berbicara idialisme
kita, ya kita harus konsekwen dengan apa yg kita yakini, tetapi ketika
berbicara mengenai program nano-nano, ya kita berikan juga program yg sesuai
dengan keinginan mereka (dengan perjanjian diawal program ini bukan pelatihan)
dan yg pegang tim khusus yg lain.jd bukan asal dapur ngebul komander hehehehe
Agustinus Susanta Idealisme
atau profesionalisme yha? Saya ambil yang kedua lebih dulu deh.
Profesional bagi saya tidak harus
mengacu pake EL dalam kegiatan outdoor.
Kalo klien minta outdoor activity
untuk keakraban dan rekreasi semata, tentu fasel yg profesional akan bisa
memfasilitasinya dg membuat peserta lebih akrab, fresh, terhibur, enjoy,
gembira, seneng-seneng. bukan malah sebaliknya malah diajak mikir dengan
debriefing yg njlimet shg pst malah stress.
Demikian juga kalo minta
pelatihan, tentu malah bukan diajak cekakak cekikik terus sepanjang acara.
Intinya, profesional itu konsekuen
dg apa yg sudah disepakati di awal.
Agustinus Susanta Sedikit mengadopsi teori "Lingkaran
Pengaruh dan kepeduliannya" Steven Covey; Ada hal-hal yg bisa kita
kendalikan/ pengaruhi, tapi ada juga hal-hal yg hanya bisa kita pedulikan sj
tanpa kita bisa mengubahnya.
Jika misalnya calon klien minta
HARUS ada Orgen Tunggal dalam proses "pelatihan," itu artinya
hal tsb ada di lingkaran kepedulian kita. Pilihan kita adl menerima atau
menolak tawaran tsb; tentu kita memilih dg pertimbangan ttt yg menurut si
pemilih sudah sip. Apa pun pilihannya kayaknya nggak masalah deh.
Sekedar sharing, sy juga lagi
nyusun pengajuan program untuk sbh perusahaan internasional yg mau mem-Fun team
building-kan stafnya. di mana salah satu ketentuannya adl menyiapkan
"Barbecue dinner at outdoor (at pool side or garden etc) complete with
Female Singer and Single Organ Player"
Yang sy rencanakan adl bahwa acara
tsb menjadi bagian dalam proses "fun team building" dg skenario:
penyiapan makan malam/ barbecue dilakukan scr kelompok (tentu dg aturan
tertentu).
Trus, tiap kelompok harus
menyukseskan orgen tunggal dg cara mereka harus bisa kompak menyanyikan sebuah
lagu (tentu harus ada kerjasama untuk menyiapkannya dong)
Logika sederhana saya sih antara
fun team building dengan acara barbecue+orgen tunggalnya bisa digabungkan>
Sambil bernyanyi... kekompakan
juga terjalin, tra la la la laaaa....
Ageng Aditya teorinya covey yah..wah..bacaan wajibnya
para instruktur waktu baru beres staf training..:)
..cuma sedikit nambahin..ada
baiknya kalau intrepretasinya ngga parsial,kan kalo ga salah ada penjelasan
juga tentang poros hidup yg harus mengacu pada prinsip (dibahas dalam
"merujuk pada tujuan akhir)..
salam EL :)
Soel Winarno Mas Agus, profesionalisme menurut siapa
ya: fasilitator/instruktur yg membawakan program atau provider/marketing yg
kejar target pemasukan? Sorry, saya lbh bisa menerima pendapat Harry Priyatna (sbg provider) yg lbh memilih utk
tegas di awal pembicaraan dgn klien memilah mana ranah pelatihan & mana yg
sekedar fun events. Kupikir kita boleh-boleh saja improvisasi program tapi
mesti hati-hati sampai sejauh mana tingkat improvisasinya.
Soel Winarno Seingat saya, metoda EL ini awal-awalnya
memakai media petualangan di alam terbuka. Sebenarnya contoh yg tepat yg mgkn
mudah diterima rekan-rekan adlh PRAMUKA. Msh ingatkan? kita diajak utk
berdisiplin, menghargai org lain, hingga mempertebal ketakwaan pada Tuhan
lewat serangkaian aktivitas tantangan. So, monggo saja kalo mau improvisasi
macam kita dulu kemping di sekolah dasar tp sebaiknya posisikan diri anda
layaknya guru pembina Pramuka tsb, kegiatan apa saja yg pantas dimasukkan sbg
bagian dr program, dan sejauh mana mampu memberikan andil bagi perkembangan
karakter siswa.
Agustinus Susanta Kayaknya ad yg agak meleset nih,
Mas Soel Winarno, konteks pernyataan "Idealisme
atau profesionalisme yha? Saya ambil yang kedua lebih dulu deh."
Bukan untuk membandingkan 2 hal
tsb (yang tentu dua-duanya harus kita upayakan), tapi merespon Yang kang Harry Priyatna tulis "klo kita berbicara
IDIALISME kita" Saya melihat bahwa konteks komentar tsb dan seterusnya
lebih pas kalo diberi label profesionalisme, bukan idealisme; begituuuu...
Saya juga sangat setuju kalo kita
harus tegas di awal pembicaraan dgn klien, memilah mana ranah pelatihan &
mana yg sekedar fun events.
Agustinus Susanta Pramuka? hmmm... asyik tuh... jadi
teringat masa-masa jadi Pradana di SMA.
Saya bukan orang yg scr khusus
diberi pelajaran atau pun mempelajari ttg EL, namun perkenankan sy sedikit
mengungkap fakta sederhana tentang hubungan Teori/ konsep EL dengan dunia
kefasilitatoran di Indonesia. Kalo ada yg kurang tepat mohon ditepatkan.
Ada kebutuhan sebuah program/
lembaga untuk mengembangkan karakter.
Di Indonesia dulu tahun 80an
terkenal Kursus Kepribadian atau kursus pengembangan karakter. (itu juga dengan
lisensi/ konsep dari luar negeri)
Tahun 90an ada Outward Bound
Indonesia sbg provider pengembangan karakter. Konsep Outward Bound School
dirumuskan oleh Kurt Hahn dan Lawrence Holt pada tahun 1941. Sampai kini marak
bermunculan provider pengembangan karakter dengan segala pecahan/ turunan/
pengembangan/ interpretasi konsep Outward Bound School.
Konsep Pramuka atau Scouting
dirumuskan oleh Robert Baden Powell pada tahun 1907. Konsep yang sangat bagus
ini di Indonesia sangat populer di era Orde Baru.
Konsep 4 tahap Experiential Learning,
dicetuskan David Kolb pada tahun 1970an.
Sekedar menyebut 2 konsep lagi yg
terkait pengembangan karakter;
Konsep pembentukan kelompok
"Tuckman's Stage" dirilis tahun 1965 dan ditambahi pada 1977.
Seven Habits of Highly Effective
People-nya Stephen Covey ditulis pada 1989.
Nah, semua teori/ konsep tadi
bagus. Tapi kenapa kita (yang suka nggak suka ada sebagai turunan Outward Bound
School tahun 1941) mengusung (konsep) Experiential Learning (1970) sebagai
"andalan"?
Saya belum tahu kenapanya, apakah
ada teman-teman yang bisa bantu menjelaskan?
Unang Rusnadi kalo bisa matiin semut dengan ujung jari
telunjuk kenapa mesti menggunakan bomb ?
----- cukup, bersambung di sini obrolannya ---